Lima sampai sepuluh tahun kebelakang kala sore hari, kumpul-kumpul, nongkrong, lanjut main bola. Hanyalah itu akitivitas kala sore kita kawan, kala jalanan Ahmad Yani kita belum berlampu, kala kompleks stadion Joyokusumo masih bersahabat dengan kita. Pun kala itu kita masih punya banyak waktu & tenaga tuk bersama lakoni masa kebahagiaan tanpa beban, menikmati masa muda yang indah.
Aku masih ingat kawan, tiap bulan kita kan selalu beriur untuk sebuah bola yang entah karena keprkasaan & kekasaran kita menyepaknya, atau kah karena ikhwak musabab meletus akibat terlindas kendaraan melintas di jalanan Ahmad Yani yang belum berbatas dengan komplek stadion. Kalaupun sudah habis masa pakai bola, kita hanya menggerutu sambil tertawa untuk iuran lagi, iuran lagi.......hhahahaha. Akupun masih ingat kawan, lapangan pasir volley pantai kita sulap menjadi ajang permainan sepakbola yang indah, aksi-aksi juggling, dribbling, slidding dan skill yang heboh dan menawan seakan jadi makanan dan tontonan gratis bagi mereka yang melihatnya. Bahkan kita punya komunitas penggemar tersendiri kawan, masih terngiang mereka berbilang," Mas, masih main bola di belakang Joyokusumo kan? Kami sungguh terhibur aksi mas dan kawan-kawan lo. Seharian berkutat dengan kesibukan yang menyita waktu, melihat mas-mas bermain bola, mata dan kita jadi fresh mas". Akupun cuma bilang, " Alhamdulillah, buat semua atensi dan simpatinya pak, bu, mas, mbak.". Aku pikir kita telah berbuat sedikit kebaikan kawan, kita telah menghibur mereka yang haus akan keceriaan akan waktu, waktu mereka telah teampas oleh fana nya dunia kawan.
Akupun masih ingat sedikit banyak cerita lucu kala kita bermain sepakbola. Ingatkah bagaimana kala ekspresi seorang ibu muda yang sedang berjalan-jalan kena bola kita, ibu itu marah kawan, sementara sang suami yang aparat hanya tersenyum simpul.....ehehhehehe. Apalagi kala seorang bapak yang sedang mencoba posisi kayang dengan badan ditekuk, tak sengaja bola kita mengenai tubuhnya, walhasil bapak tersebut jatuh menggelepar......hahahhaha. Ada lagi kawan, ketika sisi selatak stadion belum berpagar, banyak pedagang makanan menggelar daganganya, seorang dari kita menshoot bola keras sekali, dan hasilnya bola tersebut menghujam ke dalam angkring sang penjual, mereka pun tak marah, hanya tersenyum simpul semata. Apresiasi positif banyak menghujam kepada kita kawan.
Dari ajang main bola inilah kita nemndapat banyak teman dan pelajran hidup. Tak terhingga jumlahnya mereka-mereka yang tergerak hatinya tuk bersama main bola bersama kita. Namun tak jarang kita pun kadang adu otot, bahkan sampai adu jotos, mempertahankan ego kita masing-masing. Dalam kisaran lebih dari 1 jam lamanya kita turut mewarnai sore di joyokusumo kawan. Banyak canda, ujaran, dan bilang-bilang kata umpatan yang muncul, namun itu tuk penyemangat menuju sehat bagi tubuh kita kawan. Satu hal positif dari sini dapat kita petik hikmahnya, kita belajar percaya diri kawan. KIta main bola ditonton sekian puluh pasang mata, kita berlarian, jungkiur balik tanpa merasa risi ditonton mereka.
Namun sekarang, semua tinggal kenangan. Lapangan tempat main bola kita telah menjadi lapangan tennis indoor yang angkuh dan megah, yang kita hanya bisa memandangya dari sisi luar saja. Ternyata olahraga merakyat hanyalah isapan jempol semata bagi kita penggila permainan bola kawan. Kita pun tak punya nyali tuk bermain futsal di masa sekarang, futsal adalah kapitalisme bola kawan. Untuk sekedar main-main bola saja kita harus berkapital, bahkan jadi ajang taruhan segala. Kita tak sejalan dengan itu kawan, kita main bola untuk sehat, untuk cari teman bukan musuh, kita main bola untuk mencemooh kapitalisme olahraga yang semuanya ditandai dengan produk-produk olahraga yang semakin mahal. Kita penggiat olahraga termarginalkan kawan.
Hey kawan, masihkah kau ingat kawan-kawan kita banyak bertambah dari ajang main bola ini. Banyak cewek-cewek yang terkagum-kagum dengan aksi main bola kita lo......hahahhha. Itu tinggal kenangan kawan, sebagian dari kita telah mencari penghidupan dan kesibukannya masing-masing. Mereka mencari segenggam emas dan sebutir berlian denagn cara mereka sendiri, banyak yang menjadi abdi negara, abdi masyarakat, advokad, preman, sopir, pengusaha, banker, bahkan ada pula yang telah gugur mendahului kita.......innalillahi. Kpan kita bereuni main bola lagi kawan? Kutunggu jawabanmu........Bola dan lapangan hijau siap menyambut aksimu kawan.
1 komentar:
ihirrrrr... blog baruuu
Posting Komentar