Kala pagi, Selasa 27 April 2010, pukul 06.10, teras rumahku, ada seonggok berita dan bau tai kucing yang semerbak.......... Seonggok berita itu berupa Harian Umum Suara Merdeka yang telah menemaniku gan menyapaku lebih dari tigaperempat umurku.........
Satu, dua halaman telah terlewati, akhirnya sampai di halaman berita tentang kotaku, Pati. Sebuah paragraf menggelitikku, begini tulisannya.....
Ke-23 sekolah itu, untuk SMA, dari 26 sekolah ada empat, yaitu SMAN 1 Jakenan, SMAN 1 Batangan, SMA Rifaiyah Kayen, dan SMA Bopkri 3 Dukuhseti.
Perlu kuwartakan padamu teman, bahwa 4 SMA tersebut adalah sekolah yang siswanya lulus 100% dalam UAN tahun ini. Aku kemudian jadi berpikir dan punya sederet tanya kawan " Almamater tercintaku, SMAN 1 Pati kok tidak termasuk dari ke 4 sekolah tersebut? Adakah ketidak lulusan siswa menimpa siswa Castra Jayecwara? Kalau ada, berapa jumlah yang harus mengulang? Mengapa itu kok dapat terjadi?"
Bertanya informasi tentang itu, aku berusaha mendapat jawabnya kawan. Adik-adik cantikku yang berstudi di almamater kebanggaan Castra Jayecwara, kutanya kawan, " Dik, Smansapa ada yang belum berhasil lulus dalam UAN tahun ini?". Via sms mereka berpesan layanan singkat padaku, " Iya mas. Ada 2 siswa kawan kita Smansapa yang belum berhasil dalam UAN"
Spontan sebagai alumni aku bertanya dalam hati, " Kok bisa begini? Siapa yang patut bertanggungjawab? Apa tidak memalukan SMA yang punya nama besar ada siswa yang tidak lulus? Mengapa SMA yang notabene di bawah SMAN 1 Pati bisa meluluskan 100% siswanya".
Namun hati dan akal sehatku mulai mendominasi otak pikiranku. Aku dapat menerima kenyataan tersebut, yah memang itu sudah kehendak Yang Kuasa. Bapak Ibu guruku telah berusaha, bekerja, berdoa, mengerahkan segala tetes keringatnya untuk kesuksesan putra didiknya. Pun para putra didiknya telah pula bekerja, berusaha, belajar, berdoa yang menguras emosi jiwa. Insan-insan Castra Jayecwara telah berusaha bahu membahu demi kesuksesan bersama, namun apabila Tuhan berkehendak ada yang menerima hasil yang sedikit kurang beruntung tersebut adalah sesuatu yang harus tetap kita syukuri bersama. Aku tetap salut padamu bapak ibu guruku, salut juga pada adik-adik almamater tercintaku.
Adikku yang belum berhasil, tetaplah belajar, songsonglah UN ulang bulan depan, tetap giatlah belajar, dik. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, hari ini kita gagal, mungki esok Tuhan punya kehendak lain tuk kesuksesanmu yang tiada tara. Banyak yang telah membuktikannya, seorang Rheinald Khasali pun dulu kala sekolah ceritanya pernah gagal, dik. Tetap semangat belajar, berusaha, dan berdoa adikku.....
Padamu Bapak Ibu guruku Smansapa, terima kasih atas segala jerih payahmu mendidik adik-adik kami menyongsong masa depan kan lebih cerah.
Adik-adikku, contohlah aku, kakakmu ini, dulu waktu Smansapa ndablek, raja nelap, wah pokoknya te o pe be ge te soal tingkah-tingkah gokilnya, tak habis sehari untuk cerita kegokilanku kala Smansapa dulu, namun sekarang apa............Tetap gokil, dik. Namun gokil yang positif buat hidup sesama....hahahahhaha. Dulu aku diharapkan mendiang bapak ibuku tuk jadi anak yang berguna bagi nusa bangsa & agama.........namun sekarang mungkin malah menjadi anak yag berguna bagi dunia internasional dan agama serta sesama...........wkakakakakkaka
0 komentar:
Posting Komentar