Aku masih tertegun, seraya menanya di mana ini aku ada.
.........aku masih terus mengikuti langkah sepasang insan itu. Aku masih mengekor mereka, tak berani aku menampakkan langkah dan suara. Mereka bergandeng tangan, saling meremas jari tangan, berangkulan pundak, sesekali tangan mereka melingkar di pinggul pasangannya. Ya, Allah dengan kuasa-Mu kau ciptakan keromantisan bagi sepasang insan tersebut. Aku sejenak terdiam seraya hanya bersebut, Subhanallah....
Sepasang insan itu sejenak berhenti di dinding jembatan, sambil masih bergandeng tangan, mereka menyandarkan tubuh menghadap sunga indah yang berkelok sedang. Riak sungai pun seakan menjadi saksi bagi kemesraan mereka berdua, Aku makin iri dan makin cemburu pada kemesraan mereka berdua, Ya Allah. Entah apa yang mereka wicarakan, aku tanpa bisa mendengarnya, semua jadi lirih bagiku walau kala itu tanpa ada bunyian lain sebagai penghalang tuk dengarkan wicara mereka berdua. Ya sudahlah, aku teramat puas melihat kemesraan mereka.
Melangkah sejenak, mereka melihat ke atas, melihat angkasa yang cerah kala itu, namun keademan menaungi suasana saat itu. Laku pasangan itu tertuju pada sebuah bangku panjang kiranya, bangku panjang warna putih cerah yang dinaungi pohon besar yang entah apa namanya. Mungkinkah itu yang namanya pohon Kemesraan, Ya Allah? Saling berpandangan, saling meremas gandengan jari tangan, aku makin ingin tahu wicara mereka. Aku mengendap mendekat, Ya Allah jangan kau buat langkahku bersuara yang akan mengganggu kemesraan mereka berdua. Aku hanya dapat menguping sedikit bisik kemesraan diantara mereka...
Sang adam berucap," Piye dik, mas wis netepi janji marang Gusti Pangeran Allah Ta'alla, sekaliyan netepi janji nusul sliramu tekaning kene, dik. "
Sang hawa balas berucap," Alhamdulillah mas, aku tansah seneng kangmas wis netepi janji marang timbalaning Gusti pangeran Allah Ta'alla. Sekaliyan janji nyawiji ning kene ngancani aku ".
Adam membalasnya," Alhamdulillah wa syukurillah, dik. Janji ku marang sliramu wis tak usajakke sak isaku tak tepati. Marang panyuwunmu terakhir sakdurunge sliramu pamit mangkat mrene yo wis tak usahakke tak lampahake, sanajan yo durung ngancik kasampurnaning nganti panyusulke mrene iki ".
Sang Hawa pun berbalas," Suwun yo, mas. Katresnanmu marang sliraku pancen ra ono gantine, mas. Ra ono wanita liya, sing ono sisihmu sakwise tak tinggal mangkat mrene. La cah-cah sak peninggalku lan peninggalmu piye, mas?"
Sang Adam menjawab," Alhamdulillah, cah-cah insya allah tansah iso rukun lan podo ngayomi lan ngayemi karo sedulur-sedulure, dik. Sak peninggalmu tanggal 15 April 2001, cah - cah tansah iso rukun lan podo sakiyek sak ekoproyo momong aku, mong - kinemong sedulure..........
...........aku tak lanjut mendengarkan wicara mereka berdua. Subhanallah, apakah ini surga-Mu Ya Allah. Inikah suasana surga bagi ayah bundaku yang telah kausediakan bagi mereka berdua, Ya Allah. Mereka berdua, dua insan itu atah bundaku yang telah mengahadap-Mu Ya Allah. Yakinkan aku itu ayah bundaku, Ya Allah...
[ Mimpiku padamu ayah bunda. " Baik-baiklah di surga ayah sekaliyan bundaku. Hanya doaku kami teruntuk padamu. Kan kuingat, kan tak tergantikan semua kenangan indah kita ayah bunda.........Sugeng Mapan Kanti Ayem Wonten Swarga Rama sekaliyan Simbok ]
Ya Allah, Ya Robbi berikanlah ruang indah yang terbaik di sisi-Mu bagi kedua pasangan itu.....Ayah Bundaku
Rabu, 22 Desember 2010
Mimpikan Aku Padamu, Ayah Bundaku di Surga...........
Diposting oleh
oom kukuh
di
20.21
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Menabrak Rasa, Tak Berdosa
Aku terpekur, berpikir sejenak, melayang jauh, jauh tinggi melayang.......tentang makanan, kawan. Makanan lagi, makanan lagi, ...." Apa gak bosan, ngomongin makanan melulu, kamu?". Demikian sepenggal tanya dari sisi pikirku yang lain. " Tidak ada kata bosan dalam berbicara tentang rasa di lidah, tentang si pengisi perut". Sisi pikirku yang lain seakan membumbungkan anganku tentang cerita makan. Oke, setuju kawan !
Kan kutulis sedikit sisi lain menu harian kita, kawan. Kan kutabrakkan rasamu, rasaku, rasa kita, tuk mendobrak tradisi kemapanan percampuran menu harian kita yang terlampau rigid dan kaku. Disini kita terlalu minded, kalau bothok yang apapun isiannya mesti padu padan dengan sayur asem. Kalau sambel tempe, mesti dipadupadankan dengan sayur bening. Kalaupun pepes adanya mesti berpadupadan dengan sayur asem beserta sayur bening. Dan ketika kita menikmati oseng dan kering tempe, mestilah kita berpikir tentang keserasian padu padan dengan aneka gorengan yang gurih, utamanya mendoan, piya piya, bakwan, tahu susur, kalaupun tidak tahu isi. Budaya keibuan kita telah mengajarkan keserasian padu padan tersebut kawan.
Marilah kita sedikit berkreasi, sedikit mendobrak tradisi kawan. Kita dobrak padi padan dan keserasian itu, jangan takut berdosa kawan......wakakkakakaka. Maksudku, jangan memadupadankan itu itu saja kawan, kita ganti padu padan itu, marilah kita berevolusioner kuliner....wkakakkaka. Aku mencoba berekspresi tampil beda kawan, sah saja ketika aku memakai tangan kosong untuk muluk sejumput demi sejumput bothok masin/bothok kasem, berkawan dengan nasi, namun aku tak menyertakan sayur asem, tapi aku menyertakan kecap yang dioleskan di atas nasiku kawan. Sudahlah, kau coba kreasiku itu kawan, ditanggung..........nyukkknyannnn. Pun ketika aku berlauk pepes bandeng presto, ataupun pepes pindang, aku tak mencoba sayur asem ataupun sayur bening, aku menyertakan gebyuran sambel pecel untuk menemani nasiku kawan, alhasil tetap......nyukkkkkknyannnnnnnn. Dan akupun tak segan mamadupadankan semur tahu dan telor tak dengan sayur lodeh, tapi dengan kuluban alias urap sayur kawan........dan tetap nyukkknyannnnn. Ketikapun aku berlauk sayur sop, aku tak pakai sambel kecap, tapi malah sambel trasi yang sudah digoreng terlebih dulu kawan......alhasil, tetap nyukkknyannnnn. Namun paling heboh, ketika aku mencoba rasa nasi oseng tempe atau kering tempe yang tak kering-kering amat memasaknya, beserta nasi, aku padupadankan dengan pisang goreng ......tetap enak kawan, edan. Rasa memang sejuta cara nikmatnya kawan. Cobalah berevolusi dalam rasa dan bersubstitusi lauk pauk makanmu kawan....hahahaha.
Oke, sudah siapkah kamu kawan, untuk sensasi rasa yang tak pernah ada matinya? Cobalah kawan, lidah lita memang tak bisa bohong, lidah kita kadang ingin sensasi lain adanya. Cukuplah aku berkata, dalam berkuliner, dalam memasak........Trial & error adalah jawabnya untuk sebuah rasa. Salam kuliner tanah air kawan.....
Kan kutulis sedikit sisi lain menu harian kita, kawan. Kan kutabrakkan rasamu, rasaku, rasa kita, tuk mendobrak tradisi kemapanan percampuran menu harian kita yang terlampau rigid dan kaku. Disini kita terlalu minded, kalau bothok yang apapun isiannya mesti padu padan dengan sayur asem. Kalau sambel tempe, mesti dipadupadankan dengan sayur bening. Kalaupun pepes adanya mesti berpadupadan dengan sayur asem beserta sayur bening. Dan ketika kita menikmati oseng dan kering tempe, mestilah kita berpikir tentang keserasian padu padan dengan aneka gorengan yang gurih, utamanya mendoan, piya piya, bakwan, tahu susur, kalaupun tidak tahu isi. Budaya keibuan kita telah mengajarkan keserasian padu padan tersebut kawan.
Marilah kita sedikit berkreasi, sedikit mendobrak tradisi kawan. Kita dobrak padi padan dan keserasian itu, jangan takut berdosa kawan......wakakkakakaka. Maksudku, jangan memadupadankan itu itu saja kawan, kita ganti padu padan itu, marilah kita berevolusioner kuliner....wkakakkaka. Aku mencoba berekspresi tampil beda kawan, sah saja ketika aku memakai tangan kosong untuk muluk sejumput demi sejumput bothok masin/bothok kasem, berkawan dengan nasi, namun aku tak menyertakan sayur asem, tapi aku menyertakan kecap yang dioleskan di atas nasiku kawan. Sudahlah, kau coba kreasiku itu kawan, ditanggung..........nyukkknyannnn. Pun ketika aku berlauk pepes bandeng presto, ataupun pepes pindang, aku tak mencoba sayur asem ataupun sayur bening, aku menyertakan gebyuran sambel pecel untuk menemani nasiku kawan, alhasil tetap......nyukkkkkknyannnnnnnn. Dan akupun tak segan mamadupadankan semur tahu dan telor tak dengan sayur lodeh, tapi dengan kuluban alias urap sayur kawan........dan tetap nyukkknyannnnn. Ketikapun aku berlauk sayur sop, aku tak pakai sambel kecap, tapi malah sambel trasi yang sudah digoreng terlebih dulu kawan......alhasil, tetap nyukkknyannnnn. Namun paling heboh, ketika aku mencoba rasa nasi oseng tempe atau kering tempe yang tak kering-kering amat memasaknya, beserta nasi, aku padupadankan dengan pisang goreng ......tetap enak kawan, edan. Rasa memang sejuta cara nikmatnya kawan. Cobalah berevolusi dalam rasa dan bersubstitusi lauk pauk makanmu kawan....hahahaha.
Oke, sudah siapkah kamu kawan, untuk sensasi rasa yang tak pernah ada matinya? Cobalah kawan, lidah lita memang tak bisa bohong, lidah kita kadang ingin sensasi lain adanya. Cukuplah aku berkata, dalam berkuliner, dalam memasak........Trial & error adalah jawabnya untuk sebuah rasa. Salam kuliner tanah air kawan.....
Diposting oleh
oom kukuh
di
20.19
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Selasa, 26 Oktober 2010
Ayo Main Bola Lagi, Kawan...................
Lima sampai sepuluh tahun kebelakang kala sore hari, kumpul-kumpul, nongkrong, lanjut main bola. Hanyalah itu akitivitas kala sore kita kawan, kala jalanan Ahmad Yani kita belum berlampu, kala kompleks stadion Joyokusumo masih bersahabat dengan kita. Pun kala itu kita masih punya banyak waktu & tenaga tuk bersama lakoni masa kebahagiaan tanpa beban, menikmati masa muda yang indah.
Aku masih ingat kawan, tiap bulan kita kan selalu beriur untuk sebuah bola yang entah karena keprkasaan & kekasaran kita menyepaknya, atau kah karena ikhwak musabab meletus akibat terlindas kendaraan melintas di jalanan Ahmad Yani yang belum berbatas dengan komplek stadion. Kalaupun sudah habis masa pakai bola, kita hanya menggerutu sambil tertawa untuk iuran lagi, iuran lagi.......hhahahaha. Akupun masih ingat kawan, lapangan pasir volley pantai kita sulap menjadi ajang permainan sepakbola yang indah, aksi-aksi juggling, dribbling, slidding dan skill yang heboh dan menawan seakan jadi makanan dan tontonan gratis bagi mereka yang melihatnya. Bahkan kita punya komunitas penggemar tersendiri kawan, masih terngiang mereka berbilang," Mas, masih main bola di belakang Joyokusumo kan? Kami sungguh terhibur aksi mas dan kawan-kawan lo. Seharian berkutat dengan kesibukan yang menyita waktu, melihat mas-mas bermain bola, mata dan kita jadi fresh mas". Akupun cuma bilang, " Alhamdulillah, buat semua atensi dan simpatinya pak, bu, mas, mbak.". Aku pikir kita telah berbuat sedikit kebaikan kawan, kita telah menghibur mereka yang haus akan keceriaan akan waktu, waktu mereka telah teampas oleh fana nya dunia kawan.
Akupun masih ingat sedikit banyak cerita lucu kala kita bermain sepakbola. Ingatkah bagaimana kala ekspresi seorang ibu muda yang sedang berjalan-jalan kena bola kita, ibu itu marah kawan, sementara sang suami yang aparat hanya tersenyum simpul.....ehehhehehe. Apalagi kala seorang bapak yang sedang mencoba posisi kayang dengan badan ditekuk, tak sengaja bola kita mengenai tubuhnya, walhasil bapak tersebut jatuh menggelepar......hahahhaha. Ada lagi kawan, ketika sisi selatak stadion belum berpagar, banyak pedagang makanan menggelar daganganya, seorang dari kita menshoot bola keras sekali, dan hasilnya bola tersebut menghujam ke dalam angkring sang penjual, mereka pun tak marah, hanya tersenyum simpul semata. Apresiasi positif banyak menghujam kepada kita kawan.
Dari ajang main bola inilah kita nemndapat banyak teman dan pelajran hidup. Tak terhingga jumlahnya mereka-mereka yang tergerak hatinya tuk bersama main bola bersama kita. Namun tak jarang kita pun kadang adu otot, bahkan sampai adu jotos, mempertahankan ego kita masing-masing. Dalam kisaran lebih dari 1 jam lamanya kita turut mewarnai sore di joyokusumo kawan. Banyak canda, ujaran, dan bilang-bilang kata umpatan yang muncul, namun itu tuk penyemangat menuju sehat bagi tubuh kita kawan. Satu hal positif dari sini dapat kita petik hikmahnya, kita belajar percaya diri kawan. KIta main bola ditonton sekian puluh pasang mata, kita berlarian, jungkiur balik tanpa merasa risi ditonton mereka.
Namun sekarang, semua tinggal kenangan. Lapangan tempat main bola kita telah menjadi lapangan tennis indoor yang angkuh dan megah, yang kita hanya bisa memandangya dari sisi luar saja. Ternyata olahraga merakyat hanyalah isapan jempol semata bagi kita penggila permainan bola kawan. Kita pun tak punya nyali tuk bermain futsal di masa sekarang, futsal adalah kapitalisme bola kawan. Untuk sekedar main-main bola saja kita harus berkapital, bahkan jadi ajang taruhan segala. Kita tak sejalan dengan itu kawan, kita main bola untuk sehat, untuk cari teman bukan musuh, kita main bola untuk mencemooh kapitalisme olahraga yang semuanya ditandai dengan produk-produk olahraga yang semakin mahal. Kita penggiat olahraga termarginalkan kawan.
Hey kawan, masihkah kau ingat kawan-kawan kita banyak bertambah dari ajang main bola ini. Banyak cewek-cewek yang terkagum-kagum dengan aksi main bola kita lo......hahahhha. Itu tinggal kenangan kawan, sebagian dari kita telah mencari penghidupan dan kesibukannya masing-masing. Mereka mencari segenggam emas dan sebutir berlian denagn cara mereka sendiri, banyak yang menjadi abdi negara, abdi masyarakat, advokad, preman, sopir, pengusaha, banker, bahkan ada pula yang telah gugur mendahului kita.......innalillahi. Kpan kita bereuni main bola lagi kawan? Kutunggu jawabanmu........Bola dan lapangan hijau siap menyambut aksimu kawan.
Aku masih ingat kawan, tiap bulan kita kan selalu beriur untuk sebuah bola yang entah karena keprkasaan & kekasaran kita menyepaknya, atau kah karena ikhwak musabab meletus akibat terlindas kendaraan melintas di jalanan Ahmad Yani yang belum berbatas dengan komplek stadion. Kalaupun sudah habis masa pakai bola, kita hanya menggerutu sambil tertawa untuk iuran lagi, iuran lagi.......hhahahaha. Akupun masih ingat kawan, lapangan pasir volley pantai kita sulap menjadi ajang permainan sepakbola yang indah, aksi-aksi juggling, dribbling, slidding dan skill yang heboh dan menawan seakan jadi makanan dan tontonan gratis bagi mereka yang melihatnya. Bahkan kita punya komunitas penggemar tersendiri kawan, masih terngiang mereka berbilang," Mas, masih main bola di belakang Joyokusumo kan? Kami sungguh terhibur aksi mas dan kawan-kawan lo. Seharian berkutat dengan kesibukan yang menyita waktu, melihat mas-mas bermain bola, mata dan kita jadi fresh mas". Akupun cuma bilang, " Alhamdulillah, buat semua atensi dan simpatinya pak, bu, mas, mbak.". Aku pikir kita telah berbuat sedikit kebaikan kawan, kita telah menghibur mereka yang haus akan keceriaan akan waktu, waktu mereka telah teampas oleh fana nya dunia kawan.
Akupun masih ingat sedikit banyak cerita lucu kala kita bermain sepakbola. Ingatkah bagaimana kala ekspresi seorang ibu muda yang sedang berjalan-jalan kena bola kita, ibu itu marah kawan, sementara sang suami yang aparat hanya tersenyum simpul.....ehehhehehe. Apalagi kala seorang bapak yang sedang mencoba posisi kayang dengan badan ditekuk, tak sengaja bola kita mengenai tubuhnya, walhasil bapak tersebut jatuh menggelepar......hahahhaha. Ada lagi kawan, ketika sisi selatak stadion belum berpagar, banyak pedagang makanan menggelar daganganya, seorang dari kita menshoot bola keras sekali, dan hasilnya bola tersebut menghujam ke dalam angkring sang penjual, mereka pun tak marah, hanya tersenyum simpul semata. Apresiasi positif banyak menghujam kepada kita kawan.
Dari ajang main bola inilah kita nemndapat banyak teman dan pelajran hidup. Tak terhingga jumlahnya mereka-mereka yang tergerak hatinya tuk bersama main bola bersama kita. Namun tak jarang kita pun kadang adu otot, bahkan sampai adu jotos, mempertahankan ego kita masing-masing. Dalam kisaran lebih dari 1 jam lamanya kita turut mewarnai sore di joyokusumo kawan. Banyak canda, ujaran, dan bilang-bilang kata umpatan yang muncul, namun itu tuk penyemangat menuju sehat bagi tubuh kita kawan. Satu hal positif dari sini dapat kita petik hikmahnya, kita belajar percaya diri kawan. KIta main bola ditonton sekian puluh pasang mata, kita berlarian, jungkiur balik tanpa merasa risi ditonton mereka.
Namun sekarang, semua tinggal kenangan. Lapangan tempat main bola kita telah menjadi lapangan tennis indoor yang angkuh dan megah, yang kita hanya bisa memandangya dari sisi luar saja. Ternyata olahraga merakyat hanyalah isapan jempol semata bagi kita penggila permainan bola kawan. Kita pun tak punya nyali tuk bermain futsal di masa sekarang, futsal adalah kapitalisme bola kawan. Untuk sekedar main-main bola saja kita harus berkapital, bahkan jadi ajang taruhan segala. Kita tak sejalan dengan itu kawan, kita main bola untuk sehat, untuk cari teman bukan musuh, kita main bola untuk mencemooh kapitalisme olahraga yang semuanya ditandai dengan produk-produk olahraga yang semakin mahal. Kita penggiat olahraga termarginalkan kawan.
Hey kawan, masihkah kau ingat kawan-kawan kita banyak bertambah dari ajang main bola ini. Banyak cewek-cewek yang terkagum-kagum dengan aksi main bola kita lo......hahahhha. Itu tinggal kenangan kawan, sebagian dari kita telah mencari penghidupan dan kesibukannya masing-masing. Mereka mencari segenggam emas dan sebutir berlian denagn cara mereka sendiri, banyak yang menjadi abdi negara, abdi masyarakat, advokad, preman, sopir, pengusaha, banker, bahkan ada pula yang telah gugur mendahului kita.......innalillahi. Kpan kita bereuni main bola lagi kawan? Kutunggu jawabanmu........Bola dan lapangan hijau siap menyambut aksimu kawan.
Diposting oleh
oom kukuh
di
22.25
1 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Nasi Gandul, ...........ada pula marjinalitas dalam piringmu
Kawan, aku kan menulis sepenggal cerita teruntuk padamu masih tentang episode sepiring Nasi Gandul, kuliner khas orang Pati, kotaku tercinta. Tentulah aku, kamu, dan kawan semuanya pernah bertanya dalam hati dan diri sendiri, " Nasi gandul yang asli itu sebenarnya gimana to? Kok ada yang berkuah encer, berkuah kental, ada yang warna kuahnya merah, ada yang warnanya putih, ada yang coklat keruh. Dan lagi kok ada nasi gandul yang pakai irisan tahu". Kucoba kan kujawab kawan, mungkin sedikit jawaban ini tak kan dapat memuaskan segala rasa ingin tahu akan sebuah versi cerita tentang sepiring nasi gandul. Tuturku tak kan ilmiah, ini hanyalah cerita lepas semata kawan, cerita ringan dariku yang bercitra sosok wong ndeso yang mungkin kothok adanya...............hehehehehehe.
Soal berkuah encer dan kentalnya nasi gandul, janganlah kita panjangkan sebagai sebuah polemik, kawan. Kita anggap sebagai intermezzo siang bolong semata dik siang yang paanas kota Pati-ku tercinta ini, oke, setuju kawan? Lanjuuuuutttt.....memang sah adanya bila para penjual nasi gandul mem-versi encerkan dan mem-versi kentalkan kuah mereka. Sebenarnya ini hanyalah menyangkut gagrag, menyangkut paham saja. Sebagian penikmat nasi gandul ada yang suka akan kuah nasi gandul ber-gagrag encer, karena katanya tidak bikin eneg di lidah dan di perut. Sah sah saja mereka berpikiran tersebut, jangan salahkan mereka kawan........hehehehe, kita kan demokratis kawan. Namun ada pula sebaliknya yang seakan minded akan nasi gandul berkuah kental, danpula jangan salahkan mereka kawan, mereka memang penikmat selera kental kuah bersantan itu...kata orang barat sono, maktegh, nggalek, mlekoh...heheheheh, mungkin ngawur ejaanku kawan, mohon maaf ya. Kukira soal gagrag encer dan kental ini, hanyalah soal santan yang digunakan saja , kawan. Santan yang kental kan menghasilkan kuah yang kental pula, namun santan yang encer kan juga menghasilkan kuah yang encer kawan. Mana yang kamu suka, mana yang kamu rasa, silakan coba saja kawan..........heehehehe.
Lanjut kawan, soal apa lagi tadi? Ooo soal warna kuah ya kawan? Ada yang kemerahan, ada yang agak putih, ada pula yang agak coklat keruh. Aku hanya dapat berwacana untukmu kawan, selama kupernah berolah rasa di dapur, warna-warna tersebut hanyalah permaina warna saja , kawan.........hahahaha. Lo kok permainan warna? Heheheheheh...gak usahlah bingung kawan, warna merah kuah gandul kan kau dapat bila kau gunakan cabe merah yang harus kau godog terlebih dahulu, barulah cabe merah godog tersebut kau buat jadi bumbu kuah nasi gandul, percayalah semakin banyak kau gunakan cabe merah godog, hasilnya kan bertambah merah kawan......merah meriah eeeuuuy, heheheheh. Selanjutnya, lo kok ada yang putih? Putihnya kuah kan kaudapat apabila kau gunakan cabe merah godog seminimal mungkin , kawan. Putihnya kuah kan didominasi oleh putihnya santan kelapa,.......putih, tapi bukan keputihan alias pek tay lo kawan, lo kok malah sedikit ngelantur? Gak papa ya kawan, sekedar joke segar pelepas dahaga siang bolong kawan..hehehehehe. Namun kawan, ada pula yang berupa kecoklatan kuah ini, kenapa ya? Kecoklatan ini akan kaudapat, apabila dalam berolahrasa memasak kuag nasi gandul ini kau agak lebih berani mengucurkan kecap manis kawan, tentunya paling cocok ya kecap manis asli pati, ini kan soal seleranya wong Pati, kawan.....hehehehehe. Mana yang kau pilih, mana yang kau suka, mana yang kau puja....silakan saja , kawan. Ini hanyalah soal pemilihan selera & rasa saja.....oke, santap kawan.
Lo kok ada nasi gandul berkuah pakai tahu? Aku hanya dapat menjawab, jangan kaget kawan. Ya inilah keragaman gagrag nasi gandul nya orang Pati. Setahuku, bukan setempeku lo kawan...hahahahaha, jangan ngambek, ini hanya guyon semata kawan.Serius ini kawan, setahuku orang meyebut kuah gandul yang ada irisan tahunya tersebut adalah dengan sebutan Gandul abang [ mungkin karena mayoritas gandul bartahu ini kuahnya merah ], Gandul ndeso [ mungkin karena Gandul gagrag ini hanya berpangsa pasar di daerah pinggiran, daerah pedesaan ]. Dan orang biasanya menyamaratakan gandul bertahu ini berkemiripan dengan kuah semur tahu, memang ada benarnya kawan. Namun walaupun hampir mirip semur, tapi bumbunya ini tetap bumbu khas nasi gandul, kawan. Bumbu yang lebih komplet daripada sekedar bumbu semur yang sangat sederhana. Gandul tipe ini sering disajikan di daerah-daerah pinggiran, mereka sungguh marginal dibanding sosok gandul asli Gajahmati, makanya tak jarang pula disebut Gandul kampung...hehehehe. Jangan m,arah ya, gandul tahu kusebut begitu..aehehhehehe.
Sekilas ceritaku yang mengharu biru dan mebusa di siang bolong kota Pati yang panas ini, semoga dapat menambah khazanah kebingunganmu tentang sepiring nasi gandul , kawan.......wakakakkaka. Hari sudah siang, mari kita santap nasi gandulnya kawan...........mak sroootoooppppppppp. Nyukkkkkknyannnnnnnnnnnn.....dagh, kawan, selamat makan.
Soal berkuah encer dan kentalnya nasi gandul, janganlah kita panjangkan sebagai sebuah polemik, kawan. Kita anggap sebagai intermezzo siang bolong semata dik siang yang paanas kota Pati-ku tercinta ini, oke, setuju kawan? Lanjuuuuutttt.....memang sah adanya bila para penjual nasi gandul mem-versi encerkan dan mem-versi kentalkan kuah mereka. Sebenarnya ini hanyalah menyangkut gagrag, menyangkut paham saja. Sebagian penikmat nasi gandul ada yang suka akan kuah nasi gandul ber-gagrag encer, karena katanya tidak bikin eneg di lidah dan di perut. Sah sah saja mereka berpikiran tersebut, jangan salahkan mereka kawan........hehehehe, kita kan demokratis kawan. Namun ada pula sebaliknya yang seakan minded akan nasi gandul berkuah kental, danpula jangan salahkan mereka kawan, mereka memang penikmat selera kental kuah bersantan itu...kata orang barat sono, maktegh, nggalek, mlekoh...heheheheh, mungkin ngawur ejaanku kawan, mohon maaf ya. Kukira soal gagrag encer dan kental ini, hanyalah soal santan yang digunakan saja , kawan. Santan yang kental kan menghasilkan kuah yang kental pula, namun santan yang encer kan juga menghasilkan kuah yang encer kawan. Mana yang kamu suka, mana yang kamu rasa, silakan coba saja kawan..........heehehehe.
Lanjut kawan, soal apa lagi tadi? Ooo soal warna kuah ya kawan? Ada yang kemerahan, ada yang agak putih, ada pula yang agak coklat keruh. Aku hanya dapat berwacana untukmu kawan, selama kupernah berolah rasa di dapur, warna-warna tersebut hanyalah permaina warna saja , kawan.........hahahaha. Lo kok permainan warna? Heheheheheh...gak usahlah bingung kawan, warna merah kuah gandul kan kau dapat bila kau gunakan cabe merah yang harus kau godog terlebih dahulu, barulah cabe merah godog tersebut kau buat jadi bumbu kuah nasi gandul, percayalah semakin banyak kau gunakan cabe merah godog, hasilnya kan bertambah merah kawan......merah meriah eeeuuuy, heheheheh. Selanjutnya, lo kok ada yang putih? Putihnya kuah kan kaudapat apabila kau gunakan cabe merah godog seminimal mungkin , kawan. Putihnya kuah kan didominasi oleh putihnya santan kelapa,.......putih, tapi bukan keputihan alias pek tay lo kawan, lo kok malah sedikit ngelantur? Gak papa ya kawan, sekedar joke segar pelepas dahaga siang bolong kawan..hehehehehe. Namun kawan, ada pula yang berupa kecoklatan kuah ini, kenapa ya? Kecoklatan ini akan kaudapat, apabila dalam berolahrasa memasak kuag nasi gandul ini kau agak lebih berani mengucurkan kecap manis kawan, tentunya paling cocok ya kecap manis asli pati, ini kan soal seleranya wong Pati, kawan.....hehehehehe. Mana yang kau pilih, mana yang kau suka, mana yang kau puja....silakan saja , kawan. Ini hanyalah soal pemilihan selera & rasa saja.....oke, santap kawan.
Lo kok ada nasi gandul berkuah pakai tahu? Aku hanya dapat menjawab, jangan kaget kawan. Ya inilah keragaman gagrag nasi gandul nya orang Pati. Setahuku, bukan setempeku lo kawan...hahahahaha, jangan ngambek, ini hanya guyon semata kawan.Serius ini kawan, setahuku orang meyebut kuah gandul yang ada irisan tahunya tersebut adalah dengan sebutan Gandul abang [ mungkin karena mayoritas gandul bartahu ini kuahnya merah ], Gandul ndeso [ mungkin karena Gandul gagrag ini hanya berpangsa pasar di daerah pinggiran, daerah pedesaan ]. Dan orang biasanya menyamaratakan gandul bertahu ini berkemiripan dengan kuah semur tahu, memang ada benarnya kawan. Namun walaupun hampir mirip semur, tapi bumbunya ini tetap bumbu khas nasi gandul, kawan. Bumbu yang lebih komplet daripada sekedar bumbu semur yang sangat sederhana. Gandul tipe ini sering disajikan di daerah-daerah pinggiran, mereka sungguh marginal dibanding sosok gandul asli Gajahmati, makanya tak jarang pula disebut Gandul kampung...hehehehe. Jangan m,arah ya, gandul tahu kusebut begitu..aehehhehehe.
Sekilas ceritaku yang mengharu biru dan mebusa di siang bolong kota Pati yang panas ini, semoga dapat menambah khazanah kebingunganmu tentang sepiring nasi gandul , kawan.......wakakakkaka. Hari sudah siang, mari kita santap nasi gandulnya kawan...........mak sroootoooppppppppp. Nyukkkkkknyannnnnnnnnnnn.....dagh, kawan, selamat makan.
Diposting oleh
oom kukuh
di
22.24
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Jalan Panglima Sudirman No.24 Pati..........
Kala pagi, Selasa 27 April 2010, pukul 06.10, teras rumahku, ada seonggok berita dan bau tai kucing yang semerbak.......... Seonggok berita itu berupa Harian Umum Suara Merdeka yang telah menemaniku gan menyapaku lebih dari tigaperempat umurku.........
Satu, dua halaman telah terlewati, akhirnya sampai di halaman berita tentang kotaku, Pati. Sebuah paragraf menggelitikku, begini tulisannya.....
Ke-23 sekolah itu, untuk SMA, dari 26 sekolah ada empat, yaitu SMAN 1 Jakenan, SMAN 1 Batangan, SMA Rifaiyah Kayen, dan SMA Bopkri 3 Dukuhseti.
Perlu kuwartakan padamu teman, bahwa 4 SMA tersebut adalah sekolah yang siswanya lulus 100% dalam UAN tahun ini. Aku kemudian jadi berpikir dan punya sederet tanya kawan " Almamater tercintaku, SMAN 1 Pati kok tidak termasuk dari ke 4 sekolah tersebut? Adakah ketidak lulusan siswa menimpa siswa Castra Jayecwara? Kalau ada, berapa jumlah yang harus mengulang? Mengapa itu kok dapat terjadi?"
Bertanya informasi tentang itu, aku berusaha mendapat jawabnya kawan. Adik-adik cantikku yang berstudi di almamater kebanggaan Castra Jayecwara, kutanya kawan, " Dik, Smansapa ada yang belum berhasil lulus dalam UAN tahun ini?". Via sms mereka berpesan layanan singkat padaku, " Iya mas. Ada 2 siswa kawan kita Smansapa yang belum berhasil dalam UAN"
Spontan sebagai alumni aku bertanya dalam hati, " Kok bisa begini? Siapa yang patut bertanggungjawab? Apa tidak memalukan SMA yang punya nama besar ada siswa yang tidak lulus? Mengapa SMA yang notabene di bawah SMAN 1 Pati bisa meluluskan 100% siswanya".
Namun hati dan akal sehatku mulai mendominasi otak pikiranku. Aku dapat menerima kenyataan tersebut, yah memang itu sudah kehendak Yang Kuasa. Bapak Ibu guruku telah berusaha, bekerja, berdoa, mengerahkan segala tetes keringatnya untuk kesuksesan putra didiknya. Pun para putra didiknya telah pula bekerja, berusaha, belajar, berdoa yang menguras emosi jiwa. Insan-insan Castra Jayecwara telah berusaha bahu membahu demi kesuksesan bersama, namun apabila Tuhan berkehendak ada yang menerima hasil yang sedikit kurang beruntung tersebut adalah sesuatu yang harus tetap kita syukuri bersama. Aku tetap salut padamu bapak ibu guruku, salut juga pada adik-adik almamater tercintaku.
Adikku yang belum berhasil, tetaplah belajar, songsonglah UN ulang bulan depan, tetap giatlah belajar, dik. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, hari ini kita gagal, mungki esok Tuhan punya kehendak lain tuk kesuksesanmu yang tiada tara. Banyak yang telah membuktikannya, seorang Rheinald Khasali pun dulu kala sekolah ceritanya pernah gagal, dik. Tetap semangat belajar, berusaha, dan berdoa adikku.....
Padamu Bapak Ibu guruku Smansapa, terima kasih atas segala jerih payahmu mendidik adik-adik kami menyongsong masa depan kan lebih cerah.
Adik-adikku, contohlah aku, kakakmu ini, dulu waktu Smansapa ndablek, raja nelap, wah pokoknya te o pe be ge te soal tingkah-tingkah gokilnya, tak habis sehari untuk cerita kegokilanku kala Smansapa dulu, namun sekarang apa............Tetap gokil, dik. Namun gokil yang positif buat hidup sesama....hahahahhaha. Dulu aku diharapkan mendiang bapak ibuku tuk jadi anak yang berguna bagi nusa bangsa & agama.........namun sekarang mungkin malah menjadi anak yag berguna bagi dunia internasional dan agama serta sesama...........wkakakakakkaka
Satu, dua halaman telah terlewati, akhirnya sampai di halaman berita tentang kotaku, Pati. Sebuah paragraf menggelitikku, begini tulisannya.....
Ke-23 sekolah itu, untuk SMA, dari 26 sekolah ada empat, yaitu SMAN 1 Jakenan, SMAN 1 Batangan, SMA Rifaiyah Kayen, dan SMA Bopkri 3 Dukuhseti.
Perlu kuwartakan padamu teman, bahwa 4 SMA tersebut adalah sekolah yang siswanya lulus 100% dalam UAN tahun ini. Aku kemudian jadi berpikir dan punya sederet tanya kawan " Almamater tercintaku, SMAN 1 Pati kok tidak termasuk dari ke 4 sekolah tersebut? Adakah ketidak lulusan siswa menimpa siswa Castra Jayecwara? Kalau ada, berapa jumlah yang harus mengulang? Mengapa itu kok dapat terjadi?"
Bertanya informasi tentang itu, aku berusaha mendapat jawabnya kawan. Adik-adik cantikku yang berstudi di almamater kebanggaan Castra Jayecwara, kutanya kawan, " Dik, Smansapa ada yang belum berhasil lulus dalam UAN tahun ini?". Via sms mereka berpesan layanan singkat padaku, " Iya mas. Ada 2 siswa kawan kita Smansapa yang belum berhasil dalam UAN"
Spontan sebagai alumni aku bertanya dalam hati, " Kok bisa begini? Siapa yang patut bertanggungjawab? Apa tidak memalukan SMA yang punya nama besar ada siswa yang tidak lulus? Mengapa SMA yang notabene di bawah SMAN 1 Pati bisa meluluskan 100% siswanya".
Namun hati dan akal sehatku mulai mendominasi otak pikiranku. Aku dapat menerima kenyataan tersebut, yah memang itu sudah kehendak Yang Kuasa. Bapak Ibu guruku telah berusaha, bekerja, berdoa, mengerahkan segala tetes keringatnya untuk kesuksesan putra didiknya. Pun para putra didiknya telah pula bekerja, berusaha, belajar, berdoa yang menguras emosi jiwa. Insan-insan Castra Jayecwara telah berusaha bahu membahu demi kesuksesan bersama, namun apabila Tuhan berkehendak ada yang menerima hasil yang sedikit kurang beruntung tersebut adalah sesuatu yang harus tetap kita syukuri bersama. Aku tetap salut padamu bapak ibu guruku, salut juga pada adik-adik almamater tercintaku.
Adikku yang belum berhasil, tetaplah belajar, songsonglah UN ulang bulan depan, tetap giatlah belajar, dik. Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, hari ini kita gagal, mungki esok Tuhan punya kehendak lain tuk kesuksesanmu yang tiada tara. Banyak yang telah membuktikannya, seorang Rheinald Khasali pun dulu kala sekolah ceritanya pernah gagal, dik. Tetap semangat belajar, berusaha, dan berdoa adikku.....
Padamu Bapak Ibu guruku Smansapa, terima kasih atas segala jerih payahmu mendidik adik-adik kami menyongsong masa depan kan lebih cerah.
Adik-adikku, contohlah aku, kakakmu ini, dulu waktu Smansapa ndablek, raja nelap, wah pokoknya te o pe be ge te soal tingkah-tingkah gokilnya, tak habis sehari untuk cerita kegokilanku kala Smansapa dulu, namun sekarang apa............Tetap gokil, dik. Namun gokil yang positif buat hidup sesama....hahahahhaha. Dulu aku diharapkan mendiang bapak ibuku tuk jadi anak yang berguna bagi nusa bangsa & agama.........namun sekarang mungkin malah menjadi anak yag berguna bagi dunia internasional dan agama serta sesama...........wkakakakakkaka
Diposting oleh
oom kukuh
di
22.22
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Nongrong petang, meninggalkan siang, menjelang malam...........kawanku.
Kawan, sudilah berbagi dengarmu, tuk cerita ku ini.........
Kawan pun sudah tahu adanya, aku, kamu, kita, kami, sudah berkawan, yang dalam suka dan duka, dan semoga melampahinya sampai mati memisahkan kita. Kita bersuka, bercanda dalam tawa, namun pula berderai airmata kala duka telah lalui bersama. Bersatu dalam cerita yang tak ada ujung, tiap petang bercengkerama dengan alam, menikmati keindahan ciptaan-Nya, satu perbuatan kawan.........Nongkrong di pinggir jalan. Di pinggir jalan kota ini, dipinggiran yang masih dalam batas teritori kota tepatnya.
Nongkrong sambil njagong. Apakah perbuatan hina? Apakah perbuatan dosa? Apakah perbuatan tak pantas dari sisi normatif dan budaya? Apapun anggapan mereka tentang perbuatan nongkrong kita, tak kan kita masalahkan, kawan. Mereka berstigma negatif tersebut kepada kita karena mereka sosok-sosok orang rumahan yang penuh ego dan memandang segalanya dari sisi idealis semata, pun karena mereka belum ataupun tak pernah merasakan bahkan tak ingin merasakan kepekaan sisi humanis mereka. Mereka memandang semua serba indah, serba ideal, serba penuh tata yang rigid dan kaku. Namun mereka lupa, mereka lupa akan hidup yang tak hanya berjalan antara kerja, makan, istirahat, bersantai yang teratur, dibungkus dalam bingkai keluarga yang ideal. Hanya satu tanyaku kepada mereka, cukupkah memandang sekitar dari dalam kaca rumah, dari dalam jendela rumah? Cobalah mereka kita ajak satu jam saja berikut dengan kita, menikmati petang dalam kalangan nongkrong, memandang indonesia dalam alam pikir rakyat republik nongrong petang.......hahahahhaha. Mungkin mereka kan terkesima, mereka kan bertanya, mereka kan berubah pola pikirnya, karsanya, ciptanya, karsanya, " ternyata indah juga memandang lingkungan sosial dalam alam pikir yang ekspresif dan penug kebebasan", begitu kiranya dumam mereka.
Nongkrong kita dihadiri berbagai lintas generasi, lintas karya, lintas teritori, dan lintas pola pandang, kawan. Kita tak jarang berdebat dalam memandang segala hal ikhwal issue-issue populer, namung tak jua pun hanya berdebat soal yang remeh temeh, masalah keindahan dunia, masalah keelokan wanita misalnya.........hehehehehehe. Begitu enteng kita memandang semua itu. Bahkan tak ada basa basi dalam menyebut mereka-mereka yang di atasan sana, yang berkuasa di bangsa ini, yang sering kita nyaring dalam membicarakannya........." Bapak-bapak yang si atas sana, maaf kiranya bila kita sering membicarakanmu lo. Semua demi kebaikan kita dalam bernegara kok, pak........hehehehehe". Akan halnya, kadang bicara ngalor-ngidul kita membuahkan satu simpulan yang mencengangkan, yang anti teori dan anti logika, yang kadang membuat kita berderai tawa.......wkakakakkakakaka. Mahasiswa, paratur negara, pengacara, anak sekolahan, pekerja swasta, penganggur, pekerja sektor non formal, semua turut berbicara, tanpa kasta yang beda, demokratis sekali kawan.
Namun satu sisi yang kuakuai kuadapat dari nongkrong, kawan. Rasa manusia kita semakin terasah, sisi humanis kita semakin tebal. Tanpa memandang strata sosial, kita akan bicara jujur tuk berkata salah bila mereka salah di mata kita, berkata benar bila mereka kita pandang benar adanya. Arogansi yang kadang terbawa karena pangkat, kuasa, jabatan, tak berlaku lagi bila berhadapan dengan komunitas nongkrong kita, lagi pun bila mereka-mereka itu terlibat accident jalanan di depan indera penglihat kita, jangan berharap mereka sok adigang, adigung, adiguna. Karena kita seorang pembebas dalam sikap, yang mungkin mahal kiranya dinilai dengan kapital yang mereka punya.
Kawan, kupesan ingatlah kalangan kita, komunitas nongkrong kita, yang tak lupa tetap ingat pada Gusti Allah sesembahanmu kawan. Gusti Allah adalah sang penyebab utama, adalah Causa Prima bagi semuanya. Bolehlah kita melawan ketidakadilan, namun jangan manantang Takdir-Nya, kawan.
Tetaplah nongkrong kala petang, tetaplah berucap bijak dalam perbincangan bersama, dan akhirnya..........Nongkrong adalah hal yang mungkin remeh, yang tak boleh diremehkan. Semua hitam putihnya sejarah bangsa mungkin terawali dari kita beraktivitas nongkrong, kawan.
[ Dalam ngelindur kumenulis, dalam mimpi kualirkan tulisanku ini.........]
Kawan pun sudah tahu adanya, aku, kamu, kita, kami, sudah berkawan, yang dalam suka dan duka, dan semoga melampahinya sampai mati memisahkan kita. Kita bersuka, bercanda dalam tawa, namun pula berderai airmata kala duka telah lalui bersama. Bersatu dalam cerita yang tak ada ujung, tiap petang bercengkerama dengan alam, menikmati keindahan ciptaan-Nya, satu perbuatan kawan.........Nongkrong di pinggir jalan. Di pinggir jalan kota ini, dipinggiran yang masih dalam batas teritori kota tepatnya.
Nongkrong sambil njagong. Apakah perbuatan hina? Apakah perbuatan dosa? Apakah perbuatan tak pantas dari sisi normatif dan budaya? Apapun anggapan mereka tentang perbuatan nongkrong kita, tak kan kita masalahkan, kawan. Mereka berstigma negatif tersebut kepada kita karena mereka sosok-sosok orang rumahan yang penuh ego dan memandang segalanya dari sisi idealis semata, pun karena mereka belum ataupun tak pernah merasakan bahkan tak ingin merasakan kepekaan sisi humanis mereka. Mereka memandang semua serba indah, serba ideal, serba penuh tata yang rigid dan kaku. Namun mereka lupa, mereka lupa akan hidup yang tak hanya berjalan antara kerja, makan, istirahat, bersantai yang teratur, dibungkus dalam bingkai keluarga yang ideal. Hanya satu tanyaku kepada mereka, cukupkah memandang sekitar dari dalam kaca rumah, dari dalam jendela rumah? Cobalah mereka kita ajak satu jam saja berikut dengan kita, menikmati petang dalam kalangan nongkrong, memandang indonesia dalam alam pikir rakyat republik nongrong petang.......hahahahhaha. Mungkin mereka kan terkesima, mereka kan bertanya, mereka kan berubah pola pikirnya, karsanya, ciptanya, karsanya, " ternyata indah juga memandang lingkungan sosial dalam alam pikir yang ekspresif dan penug kebebasan", begitu kiranya dumam mereka.
Nongkrong kita dihadiri berbagai lintas generasi, lintas karya, lintas teritori, dan lintas pola pandang, kawan. Kita tak jarang berdebat dalam memandang segala hal ikhwal issue-issue populer, namung tak jua pun hanya berdebat soal yang remeh temeh, masalah keindahan dunia, masalah keelokan wanita misalnya.........hehehehehehe. Begitu enteng kita memandang semua itu. Bahkan tak ada basa basi dalam menyebut mereka-mereka yang di atasan sana, yang berkuasa di bangsa ini, yang sering kita nyaring dalam membicarakannya........." Bapak-bapak yang si atas sana, maaf kiranya bila kita sering membicarakanmu lo. Semua demi kebaikan kita dalam bernegara kok, pak........hehehehehe". Akan halnya, kadang bicara ngalor-ngidul kita membuahkan satu simpulan yang mencengangkan, yang anti teori dan anti logika, yang kadang membuat kita berderai tawa.......wkakakakkakakaka. Mahasiswa, paratur negara, pengacara, anak sekolahan, pekerja swasta, penganggur, pekerja sektor non formal, semua turut berbicara, tanpa kasta yang beda, demokratis sekali kawan.
Namun satu sisi yang kuakuai kuadapat dari nongkrong, kawan. Rasa manusia kita semakin terasah, sisi humanis kita semakin tebal. Tanpa memandang strata sosial, kita akan bicara jujur tuk berkata salah bila mereka salah di mata kita, berkata benar bila mereka kita pandang benar adanya. Arogansi yang kadang terbawa karena pangkat, kuasa, jabatan, tak berlaku lagi bila berhadapan dengan komunitas nongkrong kita, lagi pun bila mereka-mereka itu terlibat accident jalanan di depan indera penglihat kita, jangan berharap mereka sok adigang, adigung, adiguna. Karena kita seorang pembebas dalam sikap, yang mungkin mahal kiranya dinilai dengan kapital yang mereka punya.
Kawan, kupesan ingatlah kalangan kita, komunitas nongkrong kita, yang tak lupa tetap ingat pada Gusti Allah sesembahanmu kawan. Gusti Allah adalah sang penyebab utama, adalah Causa Prima bagi semuanya. Bolehlah kita melawan ketidakadilan, namun jangan manantang Takdir-Nya, kawan.
Tetaplah nongkrong kala petang, tetaplah berucap bijak dalam perbincangan bersama, dan akhirnya..........Nongkrong adalah hal yang mungkin remeh, yang tak boleh diremehkan. Semua hitam putihnya sejarah bangsa mungkin terawali dari kita beraktivitas nongkrong, kawan.
[ Dalam ngelindur kumenulis, dalam mimpi kualirkan tulisanku ini.........]
Diposting oleh
oom kukuh
di
22.20
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Mengenangmu bunda, mengenangmu Kartini-ku di surga.......................
Bunda, semoga jelang pagimu di surga penuh dengan kedamaian dan keceriaan.............
Bunda, semoga kau tetap menjadi pelita di surga seperti kala kau di dunia..........
Bunda, aku kan bercerita tentangmu untuk kawanku, kumohon bunda turut mendengarkan ya.........
Bunda, tepat hari, hari rabu 21 April 2010, bunda pun pastikan tahu, hari ini hari-nya Kartini bunda. Bagiku hari Kartini adalah harimu jua bunda, karena kau adalah sosok Kartini sejati di mata , di pikirku, di hatiku bunda. Kau adalah Katini bagi aku, keluarga kita, dak lingkungan kita bunda. Bunda, kan kualirkan goresan seratanku ini, iringi dengan senyummu dari surga ya , bunda.........
Bunda, kalau pun aku boleh berpamer, ber-riya' pada kawanku, kan kupamerkan sosokmu sebagai sosok pejuang, sebagai sosok pendobrak tradisi, sebagai sosok pioneer bagi kemandirian kaummu, suri tauladan mu hampir aku pastikan masih melekat dalam sanubari sebagian wanita yang telah mengenal sosokmu. Bunda, wacana kemandirian wanita yang kau bangun kala masa orde awal berdirinya republik ini bagiku dan bagi mereka yang mengenalmu telah melampaui, telah mendahului masanya, telah mendahului jamannya. Ketika pun kau berwacana kemandirian seorang wanita pada masa itu, cibiran dan pencitraan wanita yang melampaui kodrat telah menerpa bunda. Namun bundaku, kau bukan sosok yang lemah, kau bukan sosok yang mudah goyah, kau pun maju terus bunda. Memang bunda, masa itu adalah masa kala wanita dianggap sebagian pemaham sebagai masa nya wanita haruslah penurut yang hanya urut, yang tak punya dan tak boleh berkata. Aku bayangkan, betapa sulitnya bunda memahamkan arti sosok wanita mandiri bagi lingkungannya.
Bunda, kau adalah Kartini bagiku, pun bagi lingkungan kita, dan tak mustahil pun bagi penghuni surga. Bunda, mencapai puncak karier dalam birokrasi telah bunda raih, dengan segala pengorbanan jiwa, raga bahkan airmata yang kadang menetes dalam melakoninya. Pun ketika raihan karier sebagai politikus perempuan telah bunda lampaui dengan hebat tak bercacat. Bagiku raihan bunda di kala masa yang penuh homogenitas, penuh penyeragaman & uniformitas tersebut adalah raihan karier yang begitu sangat hebat bunda. Aku berkata seperti itu karena aku sadar, bunda dalam peraihan semua karier tersebut murni hasil perjuanganmu bunda, bunda meninggalkan jauh-jauh pemikiran " Siapa membawaku berkarier, kapital apa yang kujadikan modal berkarier", yang semua itu adalah prasyarat jaman sekarang untuk berkarier yang mutlak adanya. Bunda memang benar-benar sosok Kartini, benar-benar pencitraan sosok Kartini yang berpikir kemandirian bagi kesetaraan gender, yang melampaui jamannya.
Bundaku, Kartiniku, semoga sepenggal seratanku ini dapat membuat sunggingan senyum bunda pada anandamu ini, walau kau nun jauh di surga bunda. Bunda, selamat ber-Kartini di surga, doa ananda tercinta selalu teriring tuk bunda sekaliyan ramanda di surga............Selamat pagi ibunda dak ramanda di surga............amien.
[ Kukenang sosok Ibunda, ....memorium Ibunda, memorium Kartini-ku di surga ]
Bunda, semoga kau tetap menjadi pelita di surga seperti kala kau di dunia..........
Bunda, aku kan bercerita tentangmu untuk kawanku, kumohon bunda turut mendengarkan ya.........
Bunda, tepat hari, hari rabu 21 April 2010, bunda pun pastikan tahu, hari ini hari-nya Kartini bunda. Bagiku hari Kartini adalah harimu jua bunda, karena kau adalah sosok Kartini sejati di mata , di pikirku, di hatiku bunda. Kau adalah Katini bagi aku, keluarga kita, dak lingkungan kita bunda. Bunda, kan kualirkan goresan seratanku ini, iringi dengan senyummu dari surga ya , bunda.........
Bunda, kalau pun aku boleh berpamer, ber-riya' pada kawanku, kan kupamerkan sosokmu sebagai sosok pejuang, sebagai sosok pendobrak tradisi, sebagai sosok pioneer bagi kemandirian kaummu, suri tauladan mu hampir aku pastikan masih melekat dalam sanubari sebagian wanita yang telah mengenal sosokmu. Bunda, wacana kemandirian wanita yang kau bangun kala masa orde awal berdirinya republik ini bagiku dan bagi mereka yang mengenalmu telah melampaui, telah mendahului masanya, telah mendahului jamannya. Ketika pun kau berwacana kemandirian seorang wanita pada masa itu, cibiran dan pencitraan wanita yang melampaui kodrat telah menerpa bunda. Namun bundaku, kau bukan sosok yang lemah, kau bukan sosok yang mudah goyah, kau pun maju terus bunda. Memang bunda, masa itu adalah masa kala wanita dianggap sebagian pemaham sebagai masa nya wanita haruslah penurut yang hanya urut, yang tak punya dan tak boleh berkata. Aku bayangkan, betapa sulitnya bunda memahamkan arti sosok wanita mandiri bagi lingkungannya.
Bunda, kau adalah Kartini bagiku, pun bagi lingkungan kita, dan tak mustahil pun bagi penghuni surga. Bunda, mencapai puncak karier dalam birokrasi telah bunda raih, dengan segala pengorbanan jiwa, raga bahkan airmata yang kadang menetes dalam melakoninya. Pun ketika raihan karier sebagai politikus perempuan telah bunda lampaui dengan hebat tak bercacat. Bagiku raihan bunda di kala masa yang penuh homogenitas, penuh penyeragaman & uniformitas tersebut adalah raihan karier yang begitu sangat hebat bunda. Aku berkata seperti itu karena aku sadar, bunda dalam peraihan semua karier tersebut murni hasil perjuanganmu bunda, bunda meninggalkan jauh-jauh pemikiran " Siapa membawaku berkarier, kapital apa yang kujadikan modal berkarier", yang semua itu adalah prasyarat jaman sekarang untuk berkarier yang mutlak adanya. Bunda memang benar-benar sosok Kartini, benar-benar pencitraan sosok Kartini yang berpikir kemandirian bagi kesetaraan gender, yang melampaui jamannya.
Bundaku, Kartiniku, semoga sepenggal seratanku ini dapat membuat sunggingan senyum bunda pada anandamu ini, walau kau nun jauh di surga bunda. Bunda, selamat ber-Kartini di surga, doa ananda tercinta selalu teriring tuk bunda sekaliyan ramanda di surga............Selamat pagi ibunda dak ramanda di surga............amien.
[ Kukenang sosok Ibunda, ....memorium Ibunda, memorium Kartini-ku di surga ]
Diposting oleh
oom kukuh
di
22.18
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Kubercerita, Kubercerita Nakal..........Tentang Seporsi Nasi Gandul
Nasi gandul, adalah nama yang sudah minded & mendarah daging bagi rakyat kota ku, kota Pati tercinta. Aku pun & berjuta umat yang hobbies kuliner tak kan pernah melewatkan waktu sedetikpun tuk menikmatinya tatkala kelezatannya sudah membayang. Coba kaliyan bayangkan.........sepiring nasi, beralaskan daun pisang, diberi kuah gandul yang heboh, apalagi dinikmati dengan empal, tempe digoreng crispy khas nasi gandul, plus bergedel.........bayangkan, bayangkan, bayangkanlah kawan. Kaupun hampir kupastikan ngiler membayangkannya, kaupun kupastikan nambah bila menikmatinya. Lidah kita, lidah orang Pati kawan, lidah kita tak bisa dibohongi. Dimanapun, kapanpun, pikiran kita tetap meng-Gandul tuk sebuah kepuasan perut bernama...........Nasi Gandul. Nggak usah bohongi seleramu kawan............hehhehehehehe.
Hei kawan, hei teman, namun tahukah kau asal muasal dinamai nasi gandul? Ssssstttt...sebenarnya akupun tak tahu sejarah pastinya. Namun kan kucoba tuk memberi wacana kepadamu, tentang apa & mengapa kok diberi tittle nasi gandul. Coba dengarkan kawan, cerita ringan berbau kebohongan ini ya...hahahahahhaha. Dipikir enteng saja kawan, buat sekedar intermezzo, dengarkan ceritaku ya....
Versi pertama adalah, alkisah kaladulu penjual naso gandul senantiasa berjualan berkeliling. Mereka memikul sepasang angkring berupa kuali tanah liat berisi kuah gandul yang selalu dipanaskan dengan tungku menyala. Sedangkan angkring satunya lagi berisi tempat menaruh nasi yang ditutup daun pisang, yang diatasnya diratuh tempat tuk menaruh empal, babat, iso, jerohan sebagai pelengkapnya lauk nasi gandul, disertai tempe goreng & bergedel. Walhasil bila berjalan berjualan angkring tersebut gondal-gandul, sehingga disebutlah Nasi Gandul. Cocok nggak kawan-kawanku? Hahahahahhaha...
Lanjut cerita versi kedua ya kawan-kawanku, pastinya makin seru cerita berbusa-busaku ini.......hahahahha. Coba kala kita menikmati seporsi nasi gandul, apa yang kita lihat pertama kalinya kawan? Porsi yang kecil, porsi yang teramat sedikit bagiku, dan bagi kita-kita pelahap kuliner extra berat kawan-kawan....hehehehehe. Yah, akibat porsi sekecil itulah tersebutlah sebuah nama nasi gandul. Mengapa begitu? Akibat porsi kecil itu, kalau kita tidak nambah atau tanduk, rasanya ngGandul di hati.....maka tersebutlah Gandul, atau nasi gandul. Haahahahahahha
Ini versi ketiga atau versi cerita berbusa-busaku yang terakhir. Pasti kau kan tertawa kawan-kawanku..hahahahahha. Cerita ini berkorelasi dengan sosok penjual nasi gandul tempoe doeloe yang selalu menjajakan dagangannya dengan berkeliling. Dalam berjualan mereka senantiasa selalu bersarung dalam berpakaian. Dan hebatnya lagi di balik saring yang dikenakannya, mereka tak memakai celana dalam ataupun celana kolor pendek. Walhasil barang pribadi milik mereka selalu terlihat gondal-gandul.........hahahahaha. Maaf ini cerita fakta, namun agak menyerempet-nyerempet sedikit ya kawan-kawan. Sekali lagi maaf kawan-kawan, aku pun tak bermaksud bercerita cabul.
Namun dari ketiga versi cerita tersebut, mana yang benar sebagai asal muasal nama nasi gandul, akupun hanya dapat berkata wallahualam bisshawab. Sekian dulu kawan-kawan cerita kelirumologi ku, kapan-kapan kusambung lagi dengan cerita yang tak kalah membusa-busa, meleleh-leleh, mengharu biru...........wakakakakakkakakaka. Kepareng sek yo cah.
Hei kawan, hei teman, namun tahukah kau asal muasal dinamai nasi gandul? Ssssstttt...sebenarnya akupun tak tahu sejarah pastinya. Namun kan kucoba tuk memberi wacana kepadamu, tentang apa & mengapa kok diberi tittle nasi gandul. Coba dengarkan kawan, cerita ringan berbau kebohongan ini ya...hahahahahhaha. Dipikir enteng saja kawan, buat sekedar intermezzo, dengarkan ceritaku ya....
Versi pertama adalah, alkisah kaladulu penjual naso gandul senantiasa berjualan berkeliling. Mereka memikul sepasang angkring berupa kuali tanah liat berisi kuah gandul yang selalu dipanaskan dengan tungku menyala. Sedangkan angkring satunya lagi berisi tempat menaruh nasi yang ditutup daun pisang, yang diatasnya diratuh tempat tuk menaruh empal, babat, iso, jerohan sebagai pelengkapnya lauk nasi gandul, disertai tempe goreng & bergedel. Walhasil bila berjalan berjualan angkring tersebut gondal-gandul, sehingga disebutlah Nasi Gandul. Cocok nggak kawan-kawanku? Hahahahahhaha...
Lanjut cerita versi kedua ya kawan-kawanku, pastinya makin seru cerita berbusa-busaku ini.......hahahahha. Coba kala kita menikmati seporsi nasi gandul, apa yang kita lihat pertama kalinya kawan? Porsi yang kecil, porsi yang teramat sedikit bagiku, dan bagi kita-kita pelahap kuliner extra berat kawan-kawan....hehehehehe. Yah, akibat porsi sekecil itulah tersebutlah sebuah nama nasi gandul. Mengapa begitu? Akibat porsi kecil itu, kalau kita tidak nambah atau tanduk, rasanya ngGandul di hati.....maka tersebutlah Gandul, atau nasi gandul. Haahahahahahha
Ini versi ketiga atau versi cerita berbusa-busaku yang terakhir. Pasti kau kan tertawa kawan-kawanku..hahahahahha. Cerita ini berkorelasi dengan sosok penjual nasi gandul tempoe doeloe yang selalu menjajakan dagangannya dengan berkeliling. Dalam berjualan mereka senantiasa selalu bersarung dalam berpakaian. Dan hebatnya lagi di balik saring yang dikenakannya, mereka tak memakai celana dalam ataupun celana kolor pendek. Walhasil barang pribadi milik mereka selalu terlihat gondal-gandul.........hahahahaha. Maaf ini cerita fakta, namun agak menyerempet-nyerempet sedikit ya kawan-kawan. Sekali lagi maaf kawan-kawan, aku pun tak bermaksud bercerita cabul.
Namun dari ketiga versi cerita tersebut, mana yang benar sebagai asal muasal nama nasi gandul, akupun hanya dapat berkata wallahualam bisshawab. Sekian dulu kawan-kawan cerita kelirumologi ku, kapan-kapan kusambung lagi dengan cerita yang tak kalah membusa-busa, meleleh-leleh, mengharu biru...........wakakakakakkakakaka. Kepareng sek yo cah.
Diposting oleh
oom kukuh
di
22.17
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Nyanyi Sunyi Sang PK
[ .....Ketika malam menyepi menyeruak, menghampiri sang fajar. Duduk di pinggir jalan kuseorang dihampiri sang perempuan malam. Dan dia mulai menyanyi tentang diri.............]
" Mas, aku kan bercerita, kamu tak boleh menyela, aku bukan otoriter, aku mau didengarkan. Aku boleh saja dinilai kotor oleh orang lain, semiga kau tak begitu mas.
Aku dibilang seorang pramuria, aku dibilang seorang PK [Pemandu Karaoke], aku tak menyesal dengan cibiran itu. Mereka hanya mencibir, mereka tak bersolusi, mereka memandang hidup dari kacamata idealisme normatif semata.
Alu hidup begini bukan tak ada arti, mas. Aku begini tuk menghidupi simbok, & adik"ku, kerja banting tulang di malam hari, yg penuh cibiran hina & nista bagi sebagian orang. Aku orang desa asli yang hidup dari dominasi agraris, keluarga petani yang jauh dari kesan cita" idealis seorang marhaenis dari sosok pencitraaan Bung Karno. Kami tak punya sawah, kami tak berpunya lahan, bahkan...........figur seorang bapak pun telah tiada. Dari keterpaksaan hidup itu, kuawali hidup di dunia malam, tuk satu tujuan merubah ekonomi keluarga kami. Kami tak mau diremehkan lagi oleh tetangga, kami tak ingin jadi manusia tak berpunya sampai tutup usia.
Mas, aku hampir 5 tahun telah menjalani kehidupan malam ini, banyak suka duka telah kutemukan. Tak terhingga kisah suka duka cinta kulewati, senyum yg tak kan kubagi bila mengingat itu semua....... hahahahahahaha. Sedikit demi sedikit ternak & sawah telah kumiliki, rumah bambu pun mulai runtuh berganti rumah berkeramik, mas. Semua itu kan kusyukuri sebagai nikmat karunia-Nya. Namung begitu cibiran hina terus saja selalu terdengar, kututup telinga ini bila mendengar semua itu, mas. Mereka berhak omong apa saja, tapi ingat mereka tak menafkahiku, mereka tak menghidupiku, mereka kupandang sebagai bentuk arogansi nilai" etis yang normatif, mereka sok mensosokkan diri sebagai kaum priyayi, mereka sok feodal.......... Hanya satu pertanyaanku," Apa mereka itu sudah sempurna, sudah banyak amal ibadah dibanding aku, sudah mesti masuk surga kah mereka?" Aku hanya bisa memandag langit seraya bergumam Wallahualam bi shawab.
Aku seorang wanita , mas. Yang katanya tercipta dari tulang rusuk lelaki yg hilang satu. Alu seakan tak peduli dengan dgn pepatah yg berkonotasi superioritas kejantanan lelaki itu, mas. Seakan ingin kuruntuhkan mitos" superioritas kelelakian itu. Memang tak bisa kupungkiri profesiku seakan hitam, aku seorang PK, seorang pemandu karaoke, tapi mungkinkah tak ada sebutan PK yg lain mas, terhadap sebagian lelaki hidung belang daripada sebutan seorang PK juga........Penjahat Kelamin, mas....hahahahhaha. Silakan orang menilaiku hidup dalam gelimang dosa, tapi aku percaya bahwa dosa, amal, & ibadah itu hanya rahasia Tuhan, manusia tak berhak menilai, manusia hanya boleh menilai dari luar seseorang saja, isi hati hanyalah Tuhan semata yang tahu. Alu mau bertanya, mas, dengan sederet tanya & jawab dari masing" hati kita..........
" Lebih berdosakah siapa antara aku dibanding seorang koruptor uang rakyat?"
Sehina pandangan orang tentangku, tapi aku tetap beribadah, walau tak sempurna, mas. Aku puasa romadhon, mas. Waktu kerja yang malam hari, memungkinkanku tuk ber ramadan di jalan Allah, mas. Aku hanya berharap semoga Tuhan membaca tulisanku ini, mas. .........GUSTI ALLAH MBOTEN SARE.........
" Mas, aku kan bercerita, kamu tak boleh menyela, aku bukan otoriter, aku mau didengarkan. Aku boleh saja dinilai kotor oleh orang lain, semiga kau tak begitu mas.
Aku dibilang seorang pramuria, aku dibilang seorang PK [Pemandu Karaoke], aku tak menyesal dengan cibiran itu. Mereka hanya mencibir, mereka tak bersolusi, mereka memandang hidup dari kacamata idealisme normatif semata.
Alu hidup begini bukan tak ada arti, mas. Aku begini tuk menghidupi simbok, & adik"ku, kerja banting tulang di malam hari, yg penuh cibiran hina & nista bagi sebagian orang. Aku orang desa asli yang hidup dari dominasi agraris, keluarga petani yang jauh dari kesan cita" idealis seorang marhaenis dari sosok pencitraaan Bung Karno. Kami tak punya sawah, kami tak berpunya lahan, bahkan...........figur seorang bapak pun telah tiada. Dari keterpaksaan hidup itu, kuawali hidup di dunia malam, tuk satu tujuan merubah ekonomi keluarga kami. Kami tak mau diremehkan lagi oleh tetangga, kami tak ingin jadi manusia tak berpunya sampai tutup usia.
Mas, aku hampir 5 tahun telah menjalani kehidupan malam ini, banyak suka duka telah kutemukan. Tak terhingga kisah suka duka cinta kulewati, senyum yg tak kan kubagi bila mengingat itu semua....... hahahahahahaha. Sedikit demi sedikit ternak & sawah telah kumiliki, rumah bambu pun mulai runtuh berganti rumah berkeramik, mas. Semua itu kan kusyukuri sebagai nikmat karunia-Nya. Namung begitu cibiran hina terus saja selalu terdengar, kututup telinga ini bila mendengar semua itu, mas. Mereka berhak omong apa saja, tapi ingat mereka tak menafkahiku, mereka tak menghidupiku, mereka kupandang sebagai bentuk arogansi nilai" etis yang normatif, mereka sok mensosokkan diri sebagai kaum priyayi, mereka sok feodal.......... Hanya satu pertanyaanku," Apa mereka itu sudah sempurna, sudah banyak amal ibadah dibanding aku, sudah mesti masuk surga kah mereka?" Aku hanya bisa memandag langit seraya bergumam Wallahualam bi shawab.
Aku seorang wanita , mas. Yang katanya tercipta dari tulang rusuk lelaki yg hilang satu. Alu seakan tak peduli dengan dgn pepatah yg berkonotasi superioritas kejantanan lelaki itu, mas. Seakan ingin kuruntuhkan mitos" superioritas kelelakian itu. Memang tak bisa kupungkiri profesiku seakan hitam, aku seorang PK, seorang pemandu karaoke, tapi mungkinkah tak ada sebutan PK yg lain mas, terhadap sebagian lelaki hidung belang daripada sebutan seorang PK juga........Penjahat Kelamin, mas....hahahahhaha. Silakan orang menilaiku hidup dalam gelimang dosa, tapi aku percaya bahwa dosa, amal, & ibadah itu hanya rahasia Tuhan, manusia tak berhak menilai, manusia hanya boleh menilai dari luar seseorang saja, isi hati hanyalah Tuhan semata yang tahu. Alu mau bertanya, mas, dengan sederet tanya & jawab dari masing" hati kita..........
" Lebih berdosakah siapa antara aku dibanding seorang koruptor uang rakyat?"
Sehina pandangan orang tentangku, tapi aku tetap beribadah, walau tak sempurna, mas. Aku puasa romadhon, mas. Waktu kerja yang malam hari, memungkinkanku tuk ber ramadan di jalan Allah, mas. Aku hanya berharap semoga Tuhan membaca tulisanku ini, mas. .........GUSTI ALLAH MBOTEN SARE.........
Diposting oleh
oom kukuh
di
22.13
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest