Kawan, sudilah berbagi dengarmu, tuk cerita ku ini.........
Kawan pun sudah tahu adanya, aku, kamu, kita, kami, sudah berkawan, yang dalam suka dan duka, dan semoga melampahinya sampai mati memisahkan kita. Kita bersuka, bercanda dalam tawa, namun pula berderai airmata kala duka telah lalui bersama. Bersatu dalam cerita yang tak ada ujung, tiap petang bercengkerama dengan alam, menikmati keindahan ciptaan-Nya, satu perbuatan kawan.........Nongkrong di pinggir jalan. Di pinggir jalan kota ini, dipinggiran yang masih dalam batas teritori kota tepatnya.
Nongkrong sambil njagong. Apakah perbuatan hina? Apakah perbuatan dosa? Apakah perbuatan tak pantas dari sisi normatif dan budaya? Apapun anggapan mereka tentang perbuatan nongkrong kita, tak kan kita masalahkan, kawan. Mereka berstigma negatif tersebut kepada kita karena mereka sosok-sosok orang rumahan yang penuh ego dan memandang segalanya dari sisi idealis semata, pun karena mereka belum ataupun tak pernah merasakan bahkan tak ingin merasakan kepekaan sisi humanis mereka. Mereka memandang semua serba indah, serba ideal, serba penuh tata yang rigid dan kaku. Namun mereka lupa, mereka lupa akan hidup yang tak hanya berjalan antara kerja, makan, istirahat, bersantai yang teratur, dibungkus dalam bingkai keluarga yang ideal. Hanya satu tanyaku kepada mereka, cukupkah memandang sekitar dari dalam kaca rumah, dari dalam jendela rumah? Cobalah mereka kita ajak satu jam saja berikut dengan kita, menikmati petang dalam kalangan nongkrong, memandang indonesia dalam alam pikir rakyat republik nongrong petang.......hahahahhaha. Mungkin mereka kan terkesima, mereka kan bertanya, mereka kan berubah pola pikirnya, karsanya, ciptanya, karsanya, " ternyata indah juga memandang lingkungan sosial dalam alam pikir yang ekspresif dan penug kebebasan", begitu kiranya dumam mereka.
Nongkrong kita dihadiri berbagai lintas generasi, lintas karya, lintas teritori, dan lintas pola pandang, kawan. Kita tak jarang berdebat dalam memandang segala hal ikhwal issue-issue populer, namung tak jua pun hanya berdebat soal yang remeh temeh, masalah keindahan dunia, masalah keelokan wanita misalnya.........hehehehehehe. Begitu enteng kita memandang semua itu. Bahkan tak ada basa basi dalam menyebut mereka-mereka yang di atasan sana, yang berkuasa di bangsa ini, yang sering kita nyaring dalam membicarakannya........." Bapak-bapak yang si atas sana, maaf kiranya bila kita sering membicarakanmu lo. Semua demi kebaikan kita dalam bernegara kok, pak........hehehehehe". Akan halnya, kadang bicara ngalor-ngidul kita membuahkan satu simpulan yang mencengangkan, yang anti teori dan anti logika, yang kadang membuat kita berderai tawa.......wkakakakkakakaka. Mahasiswa, paratur negara, pengacara, anak sekolahan, pekerja swasta, penganggur, pekerja sektor non formal, semua turut berbicara, tanpa kasta yang beda, demokratis sekali kawan.
Namun satu sisi yang kuakuai kuadapat dari nongkrong, kawan. Rasa manusia kita semakin terasah, sisi humanis kita semakin tebal. Tanpa memandang strata sosial, kita akan bicara jujur tuk berkata salah bila mereka salah di mata kita, berkata benar bila mereka kita pandang benar adanya. Arogansi yang kadang terbawa karena pangkat, kuasa, jabatan, tak berlaku lagi bila berhadapan dengan komunitas nongkrong kita, lagi pun bila mereka-mereka itu terlibat accident jalanan di depan indera penglihat kita, jangan berharap mereka sok adigang, adigung, adiguna. Karena kita seorang pembebas dalam sikap, yang mungkin mahal kiranya dinilai dengan kapital yang mereka punya.
Kawan, kupesan ingatlah kalangan kita, komunitas nongkrong kita, yang tak lupa tetap ingat pada Gusti Allah sesembahanmu kawan. Gusti Allah adalah sang penyebab utama, adalah Causa Prima bagi semuanya. Bolehlah kita melawan ketidakadilan, namun jangan manantang Takdir-Nya, kawan.
Tetaplah nongkrong kala petang, tetaplah berucap bijak dalam perbincangan bersama, dan akhirnya..........Nongkrong adalah hal yang mungkin remeh, yang tak boleh diremehkan. Semua hitam putihnya sejarah bangsa mungkin terawali dari kita beraktivitas nongkrong, kawan.
[ Dalam ngelindur kumenulis, dalam mimpi kualirkan tulisanku ini.........]
0 komentar:
Posting Komentar