Aku masih tertegun, seraya menanya di mana ini aku ada.
.........aku masih terus mengikuti langkah sepasang insan itu. Aku masih mengekor mereka, tak berani aku menampakkan langkah dan suara. Mereka bergandeng tangan, saling meremas jari tangan, berangkulan pundak, sesekali tangan mereka melingkar di pinggul pasangannya. Ya, Allah dengan kuasa-Mu kau ciptakan keromantisan bagi sepasang insan tersebut. Aku sejenak terdiam seraya hanya bersebut, Subhanallah....
Sepasang insan itu sejenak berhenti di dinding jembatan, sambil masih bergandeng tangan, mereka menyandarkan tubuh menghadap sunga indah yang berkelok sedang. Riak sungai pun seakan menjadi saksi bagi kemesraan mereka berdua, Aku makin iri dan makin cemburu pada kemesraan mereka berdua, Ya Allah. Entah apa yang mereka wicarakan, aku tanpa bisa mendengarnya, semua jadi lirih bagiku walau kala itu tanpa ada bunyian lain sebagai penghalang tuk dengarkan wicara mereka berdua. Ya sudahlah, aku teramat puas melihat kemesraan mereka.
Melangkah sejenak, mereka melihat ke atas, melihat angkasa yang cerah kala itu, namun keademan menaungi suasana saat itu. Laku pasangan itu tertuju pada sebuah bangku panjang kiranya, bangku panjang warna putih cerah yang dinaungi pohon besar yang entah apa namanya. Mungkinkah itu yang namanya pohon Kemesraan, Ya Allah? Saling berpandangan, saling meremas gandengan jari tangan, aku makin ingin tahu wicara mereka. Aku mengendap mendekat, Ya Allah jangan kau buat langkahku bersuara yang akan mengganggu kemesraan mereka berdua. Aku hanya dapat menguping sedikit bisik kemesraan diantara mereka...
Sang adam berucap," Piye dik, mas wis netepi janji marang Gusti Pangeran Allah Ta'alla, sekaliyan netepi janji nusul sliramu tekaning kene, dik. "
Sang hawa balas berucap," Alhamdulillah mas, aku tansah seneng kangmas wis netepi janji marang timbalaning Gusti pangeran Allah Ta'alla. Sekaliyan janji nyawiji ning kene ngancani aku ".
Adam membalasnya," Alhamdulillah wa syukurillah, dik. Janji ku marang sliramu wis tak usajakke sak isaku tak tepati. Marang panyuwunmu terakhir sakdurunge sliramu pamit mangkat mrene yo wis tak usahakke tak lampahake, sanajan yo durung ngancik kasampurnaning nganti panyusulke mrene iki ".
Sang Hawa pun berbalas," Suwun yo, mas. Katresnanmu marang sliraku pancen ra ono gantine, mas. Ra ono wanita liya, sing ono sisihmu sakwise tak tinggal mangkat mrene. La cah-cah sak peninggalku lan peninggalmu piye, mas?"
Sang Adam menjawab," Alhamdulillah, cah-cah insya allah tansah iso rukun lan podo ngayomi lan ngayemi karo sedulur-sedulure, dik. Sak peninggalmu tanggal 15 April 2001, cah - cah tansah iso rukun lan podo sakiyek sak ekoproyo momong aku, mong - kinemong sedulure..........
...........aku tak lanjut mendengarkan wicara mereka berdua. Subhanallah, apakah ini surga-Mu Ya Allah. Inikah suasana surga bagi ayah bundaku yang telah kausediakan bagi mereka berdua, Ya Allah. Mereka berdua, dua insan itu atah bundaku yang telah mengahadap-Mu Ya Allah. Yakinkan aku itu ayah bundaku, Ya Allah...
[ Mimpiku padamu ayah bunda. " Baik-baiklah di surga ayah sekaliyan bundaku. Hanya doaku kami teruntuk padamu. Kan kuingat, kan tak tergantikan semua kenangan indah kita ayah bunda.........Sugeng Mapan Kanti Ayem Wonten Swarga Rama sekaliyan Simbok ]
Ya Allah, Ya Robbi berikanlah ruang indah yang terbaik di sisi-Mu bagi kedua pasangan itu.....Ayah Bundaku
Rabu, 22 Desember 2010
Mimpikan Aku Padamu, Ayah Bundaku di Surga...........
Diposting oleh
oom kukuh
di
20.21
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Menabrak Rasa, Tak Berdosa
Aku terpekur, berpikir sejenak, melayang jauh, jauh tinggi melayang.......tentang makanan, kawan. Makanan lagi, makanan lagi, ...." Apa gak bosan, ngomongin makanan melulu, kamu?". Demikian sepenggal tanya dari sisi pikirku yang lain. " Tidak ada kata bosan dalam berbicara tentang rasa di lidah, tentang si pengisi perut". Sisi pikirku yang lain seakan membumbungkan anganku tentang cerita makan. Oke, setuju kawan !
Kan kutulis sedikit sisi lain menu harian kita, kawan. Kan kutabrakkan rasamu, rasaku, rasa kita, tuk mendobrak tradisi kemapanan percampuran menu harian kita yang terlampau rigid dan kaku. Disini kita terlalu minded, kalau bothok yang apapun isiannya mesti padu padan dengan sayur asem. Kalau sambel tempe, mesti dipadupadankan dengan sayur bening. Kalaupun pepes adanya mesti berpadupadan dengan sayur asem beserta sayur bening. Dan ketika kita menikmati oseng dan kering tempe, mestilah kita berpikir tentang keserasian padu padan dengan aneka gorengan yang gurih, utamanya mendoan, piya piya, bakwan, tahu susur, kalaupun tidak tahu isi. Budaya keibuan kita telah mengajarkan keserasian padu padan tersebut kawan.
Marilah kita sedikit berkreasi, sedikit mendobrak tradisi kawan. Kita dobrak padi padan dan keserasian itu, jangan takut berdosa kawan......wakakkakakaka. Maksudku, jangan memadupadankan itu itu saja kawan, kita ganti padu padan itu, marilah kita berevolusioner kuliner....wkakakkaka. Aku mencoba berekspresi tampil beda kawan, sah saja ketika aku memakai tangan kosong untuk muluk sejumput demi sejumput bothok masin/bothok kasem, berkawan dengan nasi, namun aku tak menyertakan sayur asem, tapi aku menyertakan kecap yang dioleskan di atas nasiku kawan. Sudahlah, kau coba kreasiku itu kawan, ditanggung..........nyukkknyannnn. Pun ketika aku berlauk pepes bandeng presto, ataupun pepes pindang, aku tak mencoba sayur asem ataupun sayur bening, aku menyertakan gebyuran sambel pecel untuk menemani nasiku kawan, alhasil tetap......nyukkkkkknyannnnnnnn. Dan akupun tak segan mamadupadankan semur tahu dan telor tak dengan sayur lodeh, tapi dengan kuluban alias urap sayur kawan........dan tetap nyukkknyannnnn. Ketikapun aku berlauk sayur sop, aku tak pakai sambel kecap, tapi malah sambel trasi yang sudah digoreng terlebih dulu kawan......alhasil, tetap nyukkknyannnnn. Namun paling heboh, ketika aku mencoba rasa nasi oseng tempe atau kering tempe yang tak kering-kering amat memasaknya, beserta nasi, aku padupadankan dengan pisang goreng ......tetap enak kawan, edan. Rasa memang sejuta cara nikmatnya kawan. Cobalah berevolusi dalam rasa dan bersubstitusi lauk pauk makanmu kawan....hahahaha.
Oke, sudah siapkah kamu kawan, untuk sensasi rasa yang tak pernah ada matinya? Cobalah kawan, lidah lita memang tak bisa bohong, lidah kita kadang ingin sensasi lain adanya. Cukuplah aku berkata, dalam berkuliner, dalam memasak........Trial & error adalah jawabnya untuk sebuah rasa. Salam kuliner tanah air kawan.....
Kan kutulis sedikit sisi lain menu harian kita, kawan. Kan kutabrakkan rasamu, rasaku, rasa kita, tuk mendobrak tradisi kemapanan percampuran menu harian kita yang terlampau rigid dan kaku. Disini kita terlalu minded, kalau bothok yang apapun isiannya mesti padu padan dengan sayur asem. Kalau sambel tempe, mesti dipadupadankan dengan sayur bening. Kalaupun pepes adanya mesti berpadupadan dengan sayur asem beserta sayur bening. Dan ketika kita menikmati oseng dan kering tempe, mestilah kita berpikir tentang keserasian padu padan dengan aneka gorengan yang gurih, utamanya mendoan, piya piya, bakwan, tahu susur, kalaupun tidak tahu isi. Budaya keibuan kita telah mengajarkan keserasian padu padan tersebut kawan.
Marilah kita sedikit berkreasi, sedikit mendobrak tradisi kawan. Kita dobrak padi padan dan keserasian itu, jangan takut berdosa kawan......wakakkakakaka. Maksudku, jangan memadupadankan itu itu saja kawan, kita ganti padu padan itu, marilah kita berevolusioner kuliner....wkakakkaka. Aku mencoba berekspresi tampil beda kawan, sah saja ketika aku memakai tangan kosong untuk muluk sejumput demi sejumput bothok masin/bothok kasem, berkawan dengan nasi, namun aku tak menyertakan sayur asem, tapi aku menyertakan kecap yang dioleskan di atas nasiku kawan. Sudahlah, kau coba kreasiku itu kawan, ditanggung..........nyukkknyannnn. Pun ketika aku berlauk pepes bandeng presto, ataupun pepes pindang, aku tak mencoba sayur asem ataupun sayur bening, aku menyertakan gebyuran sambel pecel untuk menemani nasiku kawan, alhasil tetap......nyukkkkkknyannnnnnnn. Dan akupun tak segan mamadupadankan semur tahu dan telor tak dengan sayur lodeh, tapi dengan kuluban alias urap sayur kawan........dan tetap nyukkknyannnnn. Ketikapun aku berlauk sayur sop, aku tak pakai sambel kecap, tapi malah sambel trasi yang sudah digoreng terlebih dulu kawan......alhasil, tetap nyukkknyannnnn. Namun paling heboh, ketika aku mencoba rasa nasi oseng tempe atau kering tempe yang tak kering-kering amat memasaknya, beserta nasi, aku padupadankan dengan pisang goreng ......tetap enak kawan, edan. Rasa memang sejuta cara nikmatnya kawan. Cobalah berevolusi dalam rasa dan bersubstitusi lauk pauk makanmu kawan....hahahaha.
Oke, sudah siapkah kamu kawan, untuk sensasi rasa yang tak pernah ada matinya? Cobalah kawan, lidah lita memang tak bisa bohong, lidah kita kadang ingin sensasi lain adanya. Cukuplah aku berkata, dalam berkuliner, dalam memasak........Trial & error adalah jawabnya untuk sebuah rasa. Salam kuliner tanah air kawan.....
Diposting oleh
oom kukuh
di
20.19
0
komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Selasa, 26 Oktober 2010
Ayo Main Bola Lagi, Kawan...................
Lima sampai sepuluh tahun kebelakang kala sore hari, kumpul-kumpul, nongkrong, lanjut main bola. Hanyalah itu akitivitas kala sore kita kawan, kala jalanan Ahmad Yani kita belum berlampu, kala kompleks stadion Joyokusumo masih bersahabat dengan kita. Pun kala itu kita masih punya banyak waktu & tenaga tuk bersama lakoni masa kebahagiaan tanpa beban, menikmati masa muda yang indah.
Aku masih ingat kawan, tiap bulan kita kan selalu beriur untuk sebuah bola yang entah karena keprkasaan & kekasaran kita menyepaknya, atau kah karena ikhwak musabab meletus akibat terlindas kendaraan melintas di jalanan Ahmad Yani yang belum berbatas dengan komplek stadion. Kalaupun sudah habis masa pakai bola, kita hanya menggerutu sambil tertawa untuk iuran lagi, iuran lagi.......hhahahaha. Akupun masih ingat kawan, lapangan pasir volley pantai kita sulap menjadi ajang permainan sepakbola yang indah, aksi-aksi juggling, dribbling, slidding dan skill yang heboh dan menawan seakan jadi makanan dan tontonan gratis bagi mereka yang melihatnya. Bahkan kita punya komunitas penggemar tersendiri kawan, masih terngiang mereka berbilang," Mas, masih main bola di belakang Joyokusumo kan? Kami sungguh terhibur aksi mas dan kawan-kawan lo. Seharian berkutat dengan kesibukan yang menyita waktu, melihat mas-mas bermain bola, mata dan kita jadi fresh mas". Akupun cuma bilang, " Alhamdulillah, buat semua atensi dan simpatinya pak, bu, mas, mbak.". Aku pikir kita telah berbuat sedikit kebaikan kawan, kita telah menghibur mereka yang haus akan keceriaan akan waktu, waktu mereka telah teampas oleh fana nya dunia kawan.
Akupun masih ingat sedikit banyak cerita lucu kala kita bermain sepakbola. Ingatkah bagaimana kala ekspresi seorang ibu muda yang sedang berjalan-jalan kena bola kita, ibu itu marah kawan, sementara sang suami yang aparat hanya tersenyum simpul.....ehehhehehe. Apalagi kala seorang bapak yang sedang mencoba posisi kayang dengan badan ditekuk, tak sengaja bola kita mengenai tubuhnya, walhasil bapak tersebut jatuh menggelepar......hahahhaha. Ada lagi kawan, ketika sisi selatak stadion belum berpagar, banyak pedagang makanan menggelar daganganya, seorang dari kita menshoot bola keras sekali, dan hasilnya bola tersebut menghujam ke dalam angkring sang penjual, mereka pun tak marah, hanya tersenyum simpul semata. Apresiasi positif banyak menghujam kepada kita kawan.
Dari ajang main bola inilah kita nemndapat banyak teman dan pelajran hidup. Tak terhingga jumlahnya mereka-mereka yang tergerak hatinya tuk bersama main bola bersama kita. Namun tak jarang kita pun kadang adu otot, bahkan sampai adu jotos, mempertahankan ego kita masing-masing. Dalam kisaran lebih dari 1 jam lamanya kita turut mewarnai sore di joyokusumo kawan. Banyak canda, ujaran, dan bilang-bilang kata umpatan yang muncul, namun itu tuk penyemangat menuju sehat bagi tubuh kita kawan. Satu hal positif dari sini dapat kita petik hikmahnya, kita belajar percaya diri kawan. KIta main bola ditonton sekian puluh pasang mata, kita berlarian, jungkiur balik tanpa merasa risi ditonton mereka.
Namun sekarang, semua tinggal kenangan. Lapangan tempat main bola kita telah menjadi lapangan tennis indoor yang angkuh dan megah, yang kita hanya bisa memandangya dari sisi luar saja. Ternyata olahraga merakyat hanyalah isapan jempol semata bagi kita penggila permainan bola kawan. Kita pun tak punya nyali tuk bermain futsal di masa sekarang, futsal adalah kapitalisme bola kawan. Untuk sekedar main-main bola saja kita harus berkapital, bahkan jadi ajang taruhan segala. Kita tak sejalan dengan itu kawan, kita main bola untuk sehat, untuk cari teman bukan musuh, kita main bola untuk mencemooh kapitalisme olahraga yang semuanya ditandai dengan produk-produk olahraga yang semakin mahal. Kita penggiat olahraga termarginalkan kawan.
Hey kawan, masihkah kau ingat kawan-kawan kita banyak bertambah dari ajang main bola ini. Banyak cewek-cewek yang terkagum-kagum dengan aksi main bola kita lo......hahahhha. Itu tinggal kenangan kawan, sebagian dari kita telah mencari penghidupan dan kesibukannya masing-masing. Mereka mencari segenggam emas dan sebutir berlian denagn cara mereka sendiri, banyak yang menjadi abdi negara, abdi masyarakat, advokad, preman, sopir, pengusaha, banker, bahkan ada pula yang telah gugur mendahului kita.......innalillahi. Kpan kita bereuni main bola lagi kawan? Kutunggu jawabanmu........Bola dan lapangan hijau siap menyambut aksimu kawan.
Aku masih ingat kawan, tiap bulan kita kan selalu beriur untuk sebuah bola yang entah karena keprkasaan & kekasaran kita menyepaknya, atau kah karena ikhwak musabab meletus akibat terlindas kendaraan melintas di jalanan Ahmad Yani yang belum berbatas dengan komplek stadion. Kalaupun sudah habis masa pakai bola, kita hanya menggerutu sambil tertawa untuk iuran lagi, iuran lagi.......hhahahaha. Akupun masih ingat kawan, lapangan pasir volley pantai kita sulap menjadi ajang permainan sepakbola yang indah, aksi-aksi juggling, dribbling, slidding dan skill yang heboh dan menawan seakan jadi makanan dan tontonan gratis bagi mereka yang melihatnya. Bahkan kita punya komunitas penggemar tersendiri kawan, masih terngiang mereka berbilang," Mas, masih main bola di belakang Joyokusumo kan? Kami sungguh terhibur aksi mas dan kawan-kawan lo. Seharian berkutat dengan kesibukan yang menyita waktu, melihat mas-mas bermain bola, mata dan kita jadi fresh mas". Akupun cuma bilang, " Alhamdulillah, buat semua atensi dan simpatinya pak, bu, mas, mbak.". Aku pikir kita telah berbuat sedikit kebaikan kawan, kita telah menghibur mereka yang haus akan keceriaan akan waktu, waktu mereka telah teampas oleh fana nya dunia kawan.
Akupun masih ingat sedikit banyak cerita lucu kala kita bermain sepakbola. Ingatkah bagaimana kala ekspresi seorang ibu muda yang sedang berjalan-jalan kena bola kita, ibu itu marah kawan, sementara sang suami yang aparat hanya tersenyum simpul.....ehehhehehe. Apalagi kala seorang bapak yang sedang mencoba posisi kayang dengan badan ditekuk, tak sengaja bola kita mengenai tubuhnya, walhasil bapak tersebut jatuh menggelepar......hahahhaha. Ada lagi kawan, ketika sisi selatak stadion belum berpagar, banyak pedagang makanan menggelar daganganya, seorang dari kita menshoot bola keras sekali, dan hasilnya bola tersebut menghujam ke dalam angkring sang penjual, mereka pun tak marah, hanya tersenyum simpul semata. Apresiasi positif banyak menghujam kepada kita kawan.
Dari ajang main bola inilah kita nemndapat banyak teman dan pelajran hidup. Tak terhingga jumlahnya mereka-mereka yang tergerak hatinya tuk bersama main bola bersama kita. Namun tak jarang kita pun kadang adu otot, bahkan sampai adu jotos, mempertahankan ego kita masing-masing. Dalam kisaran lebih dari 1 jam lamanya kita turut mewarnai sore di joyokusumo kawan. Banyak canda, ujaran, dan bilang-bilang kata umpatan yang muncul, namun itu tuk penyemangat menuju sehat bagi tubuh kita kawan. Satu hal positif dari sini dapat kita petik hikmahnya, kita belajar percaya diri kawan. KIta main bola ditonton sekian puluh pasang mata, kita berlarian, jungkiur balik tanpa merasa risi ditonton mereka.
Namun sekarang, semua tinggal kenangan. Lapangan tempat main bola kita telah menjadi lapangan tennis indoor yang angkuh dan megah, yang kita hanya bisa memandangya dari sisi luar saja. Ternyata olahraga merakyat hanyalah isapan jempol semata bagi kita penggila permainan bola kawan. Kita pun tak punya nyali tuk bermain futsal di masa sekarang, futsal adalah kapitalisme bola kawan. Untuk sekedar main-main bola saja kita harus berkapital, bahkan jadi ajang taruhan segala. Kita tak sejalan dengan itu kawan, kita main bola untuk sehat, untuk cari teman bukan musuh, kita main bola untuk mencemooh kapitalisme olahraga yang semuanya ditandai dengan produk-produk olahraga yang semakin mahal. Kita penggiat olahraga termarginalkan kawan.
Hey kawan, masihkah kau ingat kawan-kawan kita banyak bertambah dari ajang main bola ini. Banyak cewek-cewek yang terkagum-kagum dengan aksi main bola kita lo......hahahhha. Itu tinggal kenangan kawan, sebagian dari kita telah mencari penghidupan dan kesibukannya masing-masing. Mereka mencari segenggam emas dan sebutir berlian denagn cara mereka sendiri, banyak yang menjadi abdi negara, abdi masyarakat, advokad, preman, sopir, pengusaha, banker, bahkan ada pula yang telah gugur mendahului kita.......innalillahi. Kpan kita bereuni main bola lagi kawan? Kutunggu jawabanmu........Bola dan lapangan hijau siap menyambut aksimu kawan.
Diposting oleh
oom kukuh
di
22.25
1 komentar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest